Sabtu, 12 Desember 2009

separuh malam

Ketika semua terduduk merenung sepi di sini, dan aku tetap masih berdiri, untukmu kawan. ketika angin telah berhenti berhembus, dan aku masih menyapamu dengan hangat. ketika matahari telah enggan memberi warna bagi dunia, dan aku tetap memegang pundakmu agar kau tak terlelap. ketika hamparan dunia telah musnah, dan aku pun masih menjadi tempat sandaranmu yang kokoh sobat. ya aku masih di sini, setia menantimu, menunggumu untuk kembali mengenali fitrahmu yang suci, menunggumu untuk bersandar pada sandaran yang sesungguhnya, menantimu hingga ujung usiaku, aku tetap di sini hingga batas waktuku.
Dan bila malam telah tinggal separuh dan kau ingin berlari meninggalkan semua yang ada, aku berusaha memagang tanganmu dengan erat, takkan ku lepas ikatan itu. untuk tetap membawamu dalam duniaku, dan aku yakin bahwa Tuhan masih Hidup dan Masih menanti Taubatmu, dan aku masih di sini untuk membimbingmu kawan, aku masih di sini untukmu.
Monggo Lanjut...

Minggu, 29 November 2009

menanti jawaban

aku ingat, dulu waktu kau akhirnya datang padaku dengan segala keluhmu, dengan segala resahmu.
kau bercerita bahwa dirimu telah berubah dan kau telah berjanji padaku, ya setidaknya waktu itu, kau berjanji kau akan menjadi seorang yang beda. kau berjanji kau akan berubah menjadi seorang yang lebih baik, seorang yang lebih dewasa, seorang yang lebih bijaksana. kau juga berjanji akan memperbaiki kesalahan-kesalahanmu yang telah lalu. yahh setidaknya pada waktu itu.
sekarang kau datang kembali padaku, bercerita hal yang sama kembali, bahwa kau akan dan akan dan akan ,,,,,,, tapi sayang kawan bukan engkau yang telah berubah tetapi takdir kini telah membawaku menjadi orang lain, aku yang kini bukanlah seorang yang dulu lagi. ya aku telah berubah, aku kini telah bermetamorfosis, aku akui dulu aku hanyalah seekor ulat yang yahh mungkin tidak berguna, tapi aku sekarang ingin menjadi seekor kupu2 yang berani terbang walaupun tidak terlalu tinggi, tapi aku ingin terus belajar memperbaiki diri, dan itulah yang menjadi komitmenku, itulah yang menjadi tekadku.
tetapi aku tetaplah seorang kawan ayang akan setia mendengarkan cerita lamamu, setia menjadi pendengarmu yang baik, setia menjadi sandaran bagi pundakmu yang payah, yang telah termakan waktu. dan untuk hal itu aku tidak akan pernah berubah kawan, aku berjanji kepadamu.
untuk seorang sahabat
Monggo Lanjut...

Jumat, 06 November 2009

masih muda

kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu,
adalah saya pada waktu itu mendapat undangan dari kawan-kawan lembaga dakwah kampus Fakultas Ekonomi Undip untuk mengisi sebuah training. sesuai dengan waktu dan jadwal yang ditentukan panitia maka datanglah saya berdua dengan seorang adek asrama ke tempat yang telah di tentukan panitia. tempat trainingnya di sebuah masjid di daerah Bulu Stalan Semarang. ternyata training di laksanakan di Lantai tiga, nah pada waktu di lantai satu saya dan adek saya yang etoser ini bertemu dengan panitia, kami di tanya sama panitia ini "mau ngapain mas?"
"ohh, mau ngecek peserta yang dari Tembalang ja mas, acaranya di lantai berapa mas ya" "di lantai tiga mas" jawab panitia lagi, "o ya sudah, terimakasih" kata saya.
karena peserta masih baru pada istirahat dan belum siap maka saya ngobrol-ngobrol saja berdua dengan ade saya. dan ketika para peserta training sudah datang dan ruangan masjid mulai terisi, saya melihat wajah tegang panitia yang lain, mungkin seksi acara, karena dia mengira saya belum datang dan benar bahwa mereka para panitia ini belum pernah ada yang bertemu saya sebelumnya, mereka hanya kontak lewat HP, TOR pun saya minta di kirim lewat email saja. 10 menit berlalu akhirnya saya menerima sms konfirmasi dari panitia, isi sms tersebut adalah: mas sudah sampai mana? acara sebentar lagi akan di mulai. trimaksih.
langsung saya jawab saja, "saya sudah di lantai tiga dari tadi de".
akhirnya dengan senyum malu-malu ada panitia yang menghampiri saya dan bertanya, " mas Agus ya?" he he
akhirnya keluarlah permintaan maaf dan lain sebagainya. alhamdulillah training berjalan lancar dan peserta cukup bersemangat dibuktiikan dengan banyaknya pertanyaan dari peserta training pada waktu itu.
apa kira-kira faktor yang menyebabkan panitia tidak mengenali saya?
ya, pada waktu itu saya berpakaian cukup modis, tidak nampil seperti pembicara2 yang lain pada umumnya, lagian pake topi juga.
yahh ga papa sekali2 ngerjai panitia, he he he Monggo Lanjut...

Jumat, 12 Juni 2009

Jalan Kehidupan


Gapai Langit, Jejak bumi
Kehidupan sebenarnya adalah seperti jalan, ya jalan raya yang setiap hari Anda lewati. Jalan yang setiap hari Anda pandang, Anda lalui tanpa pernah Anda sadari kadang kala. Jalan itu kadang kala turunan yang tajam sehingga bila Anda naik kendaraan maka Anda harus memperlambat laju kendaraan tersebut dengan mengeremnya. Atau suatu kali Anda akan melalui tipe jalanan tanjakan yang panjang juga tinggi, sehingga performance mesin kendaraan Anda sangat berpengaruh pada keberhasilan perjalanan Anda, jika mesin Anda mudah loyo ya siap-siap untuk memanggil servis panggilan. Pada kesempatan yang lain Anda akan menemukan jalan lurus, panjang, lebar, ibaratnya sambil merem juga Anda akan sampai ke tujuan. Tetapi yang perlu Anda sadari ternyata tidak semua jalan itu berujung tujuan dan tidak semua jalan juga sudah di aspal, karena masih banyak jalan yang selama ini beralas batu dan cadas, jadi Anda harus siap-siap mengganti Ban kendaraan Anda bila suatu kali bocor ditengah jalan.
Dan begitulah jalan, dan begitu juga jalan kehidupan, tinggal Anda yang memilih mana jalan yang paling cepat mengantarkan Anda sampai ke tujuan tanpa pernah menyinggung atau membahayakan pengguna jalan yang lain. Dan Anda juga harus bersiap-siap menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi selama perjalanan Anda, selamat menikmati perjalanan kehidupan Anda!
Monggo Lanjut...

Rabu, 10 Juni 2009

Galaksi Kinanthi


Apakah cinta itu memang benar-benar ada? Karena akhirnya tidak sedikit orang yang hidupnya menderita hanya karena cinta semu, cinta kepada lawan jenis yang hanya di landasi nafsu belaka. Tetapi harus kita artikan apa bentuk kasih sayang orang tua kepada anaknya, bentuk perhatian guru kepada muridnya? Apakah hal-hal tadi tidak boleh kita artikan sebagai bentuk cinta mereka kepada orang yang mereka cintai? Terlalu sempit memang bila akhirnya kita mengartikan cinta adalah sebuah ”rasa” antara laki-laki dan perempuan. Tetapi kita juga tidak bisa mengesampingkan banyaknya kisah cinta yang mendalam yang pernah di alami oleh orang-orang terdahulu dalam memperjuangkan cinta mereka, ada Romeo Juliet, ada Laela Majnun atau kisah-kisah lain yang sejenis yang berujung pada satu kalimat, begitulah cinta deritanya tiada akhir. Tetapi apakah cinta memang harus berujung seperti itu? Padahal banyak juga kisah lain yang mengantarkan perjuangan cinta yang berawal dari sebuah lembah kepekatan dan berakhir pada puncak kebahagiaan.
Galaksi Kinanthi sebenarnya “ hanyalah” sebuah kisah cinta sederhana yang biasa sekali terjadi di sekitar kita, atau bahkan kita sendirilah yang mengalami kisah serupa dengannya, yakni kisah cinta biasa antara seorang laki-laki bernama Ajuj yang berangkat dari golongan Rois atau Kyai kampung, dengan seoarang perempuan yang berasal dari “ wanita baulawean” dan bapaknya juga tukang judi, gadis itu bernama Kinanthi. Kisah cinta yang di tentang oleh dua keluarga terutama keluarga sang laki-laki karena menginginkan anak laki-laki satu-satunya haruslah meneruskan tradisi keluarga menjadi Rois di kampung halaman mereka. Dan tidak menginginkan bergaul dengan anak yang tidak jelas asal usulnya. Kisah berlanjut dengan penjualan Kinanthi oleh orang tuanya seharga 50 kg beras kepada salah seorang yang katanya masih ada hubungan keluarga yang berasal dari Bandung. Sambil bersekolah SMP Kinanthi bekerja sebagai pembantu di ”rumah barunya”, tetapi kisah kepedihan Kinanthi belum berhenti sampai di situ, karena setelah kelas 2 SMP Kinanthi di jual kembali dan di kirim ke PJTKI untuk di pekerjakan di Timur Tengah.
Seperti kisah-kisah pembantu lainnya yang sering kita dengar atau kita tonton di televisi, mendapatkan siksaan dari majikan, berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain dan takdir mengantar Kinanthi berangkat ke Negara Adidaya saat ini, USA. Entah bagaimana ceritanya Kinanthi berhasil menjadi buah bibir di Negeri Paman Sam tersebut, tapi satu hal yang tidak bisa membuat hidupnya menjadi sempurna adalah ingatannya tentang Ajuj, dan hal itulah yang senantiasa membuat kekurangan di balik kesempurnaan hidupnya. Dengan tekad yang kuat akhirnya Kinanthi kembali ke Gunung Kidul kampung halamannya. Dan apa yang terjadi adalah hal yang sangat tidak terduga, ingin tahu? Baca sendiri kisahnya.
Begitu ”sederhana” dan ”biasa” kisah ini. Tapi bagi saya justru di sinilah letak kelebihan Novel ini, karena begitu membumi dan mampu membawa para pembaca ke dunia Gunung Kidul, Timur Tengah bahkan padang Lumpur Great Plains. Tidak begitu dalam sedalam palung tetapi juga tidak dangkal karena banyak sekali hal filosofis yang di ungkap dengan gaya sederhana. Dan yang menarik lagi adalah uraian benda-benda angkasa yang mungkin begitu menarik bagi penulisnya.
Jujur ada satu hal yang membuat saya harus mengoreksi novel ini adalah adanya sinar bulan pada waktu tanggal 1 (satu) syuro. Mungkin bagi orang lain hal ini biasa, tetapi bagi saya ini cukup mengganggu karena penulis tidak jeli, mengungkapkan sesuatu yang ”tidak mungkin” terjadi.
Dan secara keseluruhan buku ini layak untuk menjadi buku most wanted bagi penggemar cerita-cerita fiksi ringan tetapi berisi dan menyentuh.
Monggo Lanjut...

Rabu, 27 Mei 2009

Tapak Baru


suatu hari,di sebuah hutan lebat di kawasan tropis, hiduplah seekor Burung Puyuh yang senantiasa merenung, berpikir, tetapi lebih tepatnya melamun. pada hari ini dia melamun karena melihat Burung Elang yang terbang mengangkasa membumbung tinggi di atas bumi. dan sedetik kemudian si Puyuh berpikir, kenapa aku tidak di ciptakan seperti Elang yang mampu terbang tinggi,mampu melihat dunia lebih luas? dan di hari yang lain ketika si Burung Puyuh ini melihat kawanan Bebek yang berenang, menyelam asyik di danau yang ada di hutan tersebut, si Puyuh ini mengeluh kenapa aku tidak di ciptakan seperti bebek yang punya sirip pada kakinya, sehingga aku bisa menyelam, berenang sambil mencari makan? dan begitulah pekerjaan atau lebih tepatnya buang waktu yang di lakukan oleh si Puyuh tersebut.
Hingga suatu hari di musim kemarau yang panjang, terjadilah kejadian luar biasa di hutan tersebut, yakni kebakaran hutan yang hebat melkanda hampir seluruh kawasan hutan. seluruh penghuni hutan lari tunggang langgang menyelamatkan diri dari kobaran api yang luar biasa dahsyat dan panas. Burung Elang yang semestinya mampu mengangkasa tetapi tetap saja bernasib kurang beruntung karena asap dan api dari kebakaran tadi juga membumbung sangat tinggi. Bebek yang senantiasa berenang di danau musti menelan kenyataan pahit menjadi binatang pertama yang tertelan kegalakan si jago merah. Dan di tengah-tengah situasi berkecamuk itulah ada se ekor binatang yang berlari sangat cepat, binatang ini tidak terbang tapi kakinya hampir-hampir tidak menyentuh bumi dan mampu menerobos kawasan hutan dan berhasil selamat dari kejaran api, siapa binatang ini sebenarnya? ya Anda benar dialah sang Burung Puyuh, dan sejak saat itulah Burung Puyuh baru tersadar bahwa dalam dirinya tersimpan kekuatan dan potensi luar biasa, karena memang selama ini dia hanya bertumpu dan melihat kekurangan dalam dirinya dan tidak mau melihat sisi positif yang ada dalam dirinya.
Bisa jadi Burung Puyuh tadi adalah orang-orang di sekitar kita, orang-orang yang kita cintai, atau jangan-jangan burung Puyuh tadi adalah diri kita sendiri? Orang yang senantiasa melihat kelebihan orang lain dan mengatakan bahwa hidup ini tidak adil karena orang lain mempunyai banyak kelebihan dan diri kita mempunyai banyak sekali kekurangan? dan akhirnya orang-orang seperti ini membutuhkan "kebakaran hutan" untuk melihat kekuatan sejati yang melekat dalam dirinya.
Monggo Lanjut...

Jumat, 22 Mei 2009

survival

Suatu hari saya yang di amanahi sebagai pendamping asrama Beastudi Etos Semarang, sebuah beastudi untuk anak-anak berprestasi tapi berangkat dari keluarga yang kurang mampu, melakukan home visit, yakni salah satu tahapan seleksi beastudi etos dengan kunjungan ke rumah calon etoser secara langsung, bertatap muka dengan orang tua mereka, melihat keadaan rumah secara langsung juga. ada sebuah cerita menarik di sini yang ingin saya bagi. nah pada kesempatan home visit di suatu daerah di Pati, say menemui satu keluarga yang bapak dari calon etoser ini sudah pergi antah barantah, tidak jelas dan tidak mau lagi mengurusi keluarga sang calon etoser ini, memang cukup menyedihkan, bahkan yang lebih menyayat hati adalah, ibu dari sang calon etoser ini akhirnya " mohon maaf" menjadi hilang ingatan atau kurang waras, dan akhirnya meninggal dunia. sang calon etoser akhirnya di pelihara oleh neneknya dan di baiayai sekolah menengahnya oleh pamannya. dan beruntungnya adalah sang calon etoser ini adalah anak tunggal.
Di lain tempat dalam kunjungan ke rumah calon etoser yang lain, saya menemui sebuah keluarga lain yang hampir memiliki potret yang sama, sang ayah juga pergi entah kemana tidak bertanggung jawab ( kadang laki-laki itu memang kejam) padahal sang ayah ini sudah mempunyai 4 anak dari perkawinan tersebut, tetapi saya sangat salut dengan ibunda dari sang calon etoser ini. Beliau tidak mengikuti jejak sebagai mana ibu yang pertama tadi. beliau buang rasa malunya, dan setiap pagi sebelum subuh beliau pergi ke pasar untuk menjajakan kedelai hasil produksinya setiap hari dan ilang menjelang siang, begitu setiap hari untuk membiayai ke empat anaknya untuk tetap melanjutkan sekolah, luar biasa!
Para pembaca yang budiman, semua dari kita, saya yakin pernah menghadapi masalah yang cukup pelik dan rumit. dan setiap kita akhirnya punya dua pilihan yang jelas, menyerah atau maju menggerus, menerjang setiap tantangan kehidupan. karena hidup itu adalah milik kita sendiri, kalau bukan kita yang memperjuangkan, siapa lagi? kalau bukan sekarang kapan lagi?
tetap semangat!!
Monggo Lanjut...

Selasa, 28 April 2009

indahnya Berbagi

Tepat hari ahad 26 April 2009 yang lalu saya berkesempatan di undang oleh kawan-kawan Dema-Ika UNDIP ke Panti Asuhan darussalam Meteseh, Tembalang, Kota Semarang. Dema Ika adalah lembaga ekskutif mahasiswa di program studi ilmu Keperawatan UNDIP, karena masih berstatus program studi maka namanya belum menjadi BEM KM. tetapi saya tak hendak menceritakan hal itu, yang ingin saya bagi adalah bahwa pada hari minggu itu perasaan saya bahagia sekali, kenapa? Karena saya bertemu dengan adik-adik saya yang masih kecil bernama Najib yang masih kelas 1 SD tetapi sudah di tinggal bapaknya entah kemana dan Ibunya pergi bekerja ke Arab Negeri timur tengah nun jauh di sana. saya juga bercengkerama dengan adik-adik yang lain dan dari semuanya yang saya tangkap adalah di tengah keterbatasan yang ada mereka senantiasa bersemangat menuntut ilmu, mengolah jiwa, belajar berbagi, juga belajar bekerja keras.
Pada hari itu saya di minta memberikan training motivasi kepada adik-adik saya tersebut, dan dengan semangat saya berikan segala kemampuan yang saya miliki untuk saling berbagi semangat, meskipun yang terjadi adalah malahan saya yang di beri semangat oleh mereka bukan saya yang memberi pijar nyala bagi mareka. yah ketika saya di minta memberikan harta mungkin tidaklah seberapa yang akan saya berikan, tetapi ilmu tentang hidup, belajar menghargai orang lain, tidak pantang menyerah dan tetap semangat, itulah ilmu yang dapat saya tularkan kepada adik-adik saya.
Jujur di tengah ketidak pastian hidup seperti sekarang ini, banyak orang yang akhirnya lahir dan besar dalam buaian egoisme, bahwa hidup hanya untuk dirinya sendiri, bahwa hidup adalah miliknya sendiri dan orang lain hanyalah pelengkap kehidupan saja. tetapi saya yakin masih banyak tangan yang peduli dengan nasib adik-adik saya tadi, masih banyak orang yang mau berbagi dengan mereka, meski tidak harus berbagi dengan harta. tetapi insayaallah Allah akan mencatat setiap amal baik manusia dan tidak akan pernah tertukar dengan amal orang lain. dan hanya kepada Allah sajalah kita berharap.
Monggo Lanjut...

Kamis, 02 April 2009

bertahan

separuh malam telah berlalu
langit telah enggan memudarkan warna pekatnya
aku duduk di sini, sendiri
dalam keterasingan dunia
aku melangkah
menempuh pekat yang teramat sangat
tetapi aku yakin
bening fajar sudah menanti di sana
dan hangat mentari siap memelukku
dunia tunggulah kebangkitanku Monggo Lanjut...

Sabtu, 14 Maret 2009

kesabaran

Beberapa waktu yang lalu, komputer butut kesayangan saya, (karena memang saya hanya memiliki satu komputer jadi mau ga mau ya harus saya sayangi) terkena virus luar biasa. ga tahu nama virusnya apa entah trojan atau yang lain. intinya semua data dalam bentuk microsoft word saya hilang. pusing juga akhirnya. usut punya usut saya telusuri siapa oknumnya ternyata ade2 saya di asrama beastudi etos semarang. karena mungkin lupa sehingga pemindahan data dari flas disk tanpa di sertai di scan sesuai SOP yang saya terapkan. dan akhirnya terjadilah "malapetaka" itu. dan puncak emosi saya sudah di ubun-ubun, ingin saya lumat itu oknum yang menggagalkan proses kreatif menulis saya kalau perlu di "sembelih".
tetapi akhirnya saya tersadar, toh mereka adalah ade-ade saya sendiri yang saya sayangi dengan sepenuh hati, untuk apa say luapkan kemarahan ini pada mereka, toh komputer juga sudah seperti itu mau di apakan lagi? mungkin Allah memang ingin menguji kesabaran saya waktu itu. akhirnya saya undang temen yang "baurekso" dunia per-komputer-an untuk menanggulangi bencana ini, dan alhamdulillah data-data yang ada masih bisa di evakuasi dan terselamatkan.
ternyata saya baru sadar, bahwa sabar itu kata kerja bukan kata sifat, sabar itu membutuhkan proses, perjalanan dan ujian. dan siapapun kita ingatlah pasti Allah akan menguji kesabaran kita entah dengan musibah atau kenikmatan. karena hidup itu sendiri adalah ujian, siapa di antara kita yang paling baik amalnya,
wallahu a'lam
Monggo Lanjut...

Sabtu, 28 Februari 2009

Kebahagiaan

Sesungguhnya entah dengan sepenuh kesadaran atau tidak, seluruh kita manusia yang hidup dan tinggal di bumi ini pastilah menginginkan kebahagiaan. Saya yakin sebagai manusia yang berakal kita semua menginginkan kehidupan yang damai, tentram dan menyenangkan. Meskipun tidak sedikit juga dari kita yang ingin hidup -dengan bahasa Andrea Hirata- berselimut dengan tantangan, bertemu dengan mara bahaya, menerjang batu granit kesulitan, tetapi sesungguhnya itu semua adalah tuntutan kejiwaan kita yang ingin merasakan kebahagaiaan, dan kebahagiaan itulah yang bagi sebagian orang di artikan dengan hidup penuh tantangan tadi, yak karena itulah obsesi kedamaian bagi orang-orang ini.
Tetapi ada sebuah pertanyaan menarik, apa sebenarnya makna kebahagiaan? Kira-kira apa parameter orang yang sudah di sebut bahagia? Dalam kehidupan masyarakat kita yang mulai hedonis, bagi sebagian orang parameter sederhana dari bahagia adalah dengan terpenuhinya harta, tahta dan wanita. Tetapi apakah sepenuhnya benar persepsi ini?
Ada sebuah analogi yang menarik tentang kebahagiaan yang patut kita jadikan cermin, ceritanya adalah ada seorang pekerja keras yang terbiasa makan dengan jumlah banyak. Pada suatu hari pekerja keras ini mendapat undangan dari tiga tempat yang berbeda. Dengan hati berbunga-bunga pekerja keras ini menyempatkan waktu untuk hadir di tiga tempat tersebut pada hari yang sama, karena memang undangannya pada hari yang sama. Sejak pagi pekerja keras ini tidak sarapan, agar nanti bisa makan sebanyak-banyaknya dan gratis lagi, itulah yang ada di benak pekerja keras ini. Singkat cerita di tempat pertma dia mendapat makanan nasi pecel dengan lauk rempeyek kacang dan tempe goreng. Dengan lahapnya dia makan karena memang dia sudah sangat lapar sekali, dan tanpa di sadari dengan piring kosong dia beranjak lagi ke tempat nasi dan lauk pauk, ya tepat sekali pekerja keras ini nambah untuk kedua kalinya. Setelah merasa kenyang dan urusan dengan tuan rumah pertama selesai dia segera pamit, karena rumah kedua sudah menanti.
Di rumah kedua ternyata tanpa di duga makanan yang di sediakan lebih luar biasa, ada ayam bakar, ayam goreng, soto ayam dan segala jenis masakan ayam. Tanpa babibu lagi diambilnya piring, dia ambil nasi sedikit dan lauk pauk yang banyak langsung di santap itu makanan, sebenarnya dia ingin nambah tapi perut sudah mulai tidak mampu menahan kenyang, dan mulutpun sudah mulai enggan mengunyah makanan. Acara makan selesai siap-siaplah dia pamit dan berangkat ke tempat ke tiga.
Di tempat ketiga terpanalah pekerja keras kita ini, karena makanan yang di hidangkan sungguh luar biasa, ada sate kabing kesukaannya, ada gurami bakar yang lezat, rendang sapi yang menggoda, soto daging yang mak nyuss. Tetapi apa yang terjadi, pekerja keras kita ini hanya duduk dan tidak mengambil makanan sama sekali karena perutnya sudah terlalu lemah untuk menambah beban makanan. dan ketika mau pamit pulang untuk mengatakan ingin di bungkus dia malu sekali sama tuan rumah dan jadilah di pulang dengan tangan kosong.
Dari kisah di atas, apa kira-kira inspirasi yang bisa kita ambil? Bila ternyata pekerja kerasa tadi adalah diri kita sendiri, kira-kira menurut anda mana makanan yang paling enak? Ya yang jelas pasti kita sepakat bahwa makanan yang paling enak adalah makanan yang di rumah pertama walaupun sederhana, karena pada saat itu harapan bertemu dengan kenyataan, yakni harapan perut kosong segera di isi dan harapan ini bertemu dengan nasi pecel dan lauk sederhana. Dan inilah definisi bahagia yang sejati. Harapan bertemu dengan kenyataan. Dan lebih dari itu merasa cukup dengan apa yang di miliki sebagai pengejawantahan rasa syukur adalah ekspresi dari rasa bahagia itu sendiri, karena meskipun begitu menggiurkannya makanan di rumah ke tiga, tetapi karena pekerja keras sudah merasa cukup dengan isi perutnya maka dia tak berkehendak untuk melanjutkan tradisi makan banyaknya. Dan begitulah kita, manusia bahagia yang sejati adalah senatiasa merasa cukup dengan apa yang di miliki, eits bukan berarti saya mengajarkan agar anda pasrah bongko’an dengan apa yang kita miliki saat ini. Bukan, bukan itu yang saya harapkan, tetapi dalam hal kepemilikan harta, kekuasaan maka merasa cukuplah dengan apa yang kita miliki saat ini tanpa pernah memandang remeh usaha untuk memperbaikinya. Dan memang kita harus mengejar harapan yang lebih dari kehidupan kita saat ini.
Yang terakhir sesungguhnya bahagia adalah kondisi jiwa. Sebenarnya seberapapun buruk kondisi yang kita hadapi saat ini, bila kita sudah menyediakan hati yang lapang, dada yang terbuka, pikiran yang jernih maka seberapapun berat masalah yang kita hadapi maka satu keyakinan yang ada pada diri kita bahwa jalan keluar itu sudah ada di depan kita dan kita sudah bersiap untuk menyongsong cahaya itu. Karena cahaya itu sudah dekat, dekat sekali. Dan selamat menempuh hidup dengan penuh kebahagiaan. Monggo Lanjut...

Selasa, 17 Februari 2009

keunikan

Bagi Anda yang tinggal di Kota Semarang dan sekitarnya, saya mau bertanya neh. Pernahkah Anda datang ke Air Terjun semirang? Air Terjun semirang berlokasi di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, sebuah wilayah di daerah selatan kota Semarang. Bagi yang sudah pernah ke sana, saya ucapkan selamat menikmati keindahan alam ciptaan Allah swt, sebuah nikmat yang luar biasa indahnya tapi manusia selalu saja mengotorinya dengan sampah dan semacamnya, sebel juga.
Tapi bukan itu yang hendak saya bagi. saya ingin berbagi tentang Pohon Pinus dan Keunikan. Kalo kita mau lebih jeli memperhatikan ternyata pohon pinus itu memang tidaklah tumbuh di sembarang tempat ( kalau tidak salah, bagi temen2 yang dari botani silahkan tampilkan data deh populasi Pinus, saya juga ga tahu nama ilhmiahnya apa), Pinus hanya tumbuh di daerah dengan ketinggian ratusan meter dpl (diatas permukaan laut) ya kalopun ada yang tumbuh deket pantai, saya yakin jumlahnya tidak sebanyak yang ada di daerah dingin. Nah inilah yang saya masud keunikan. Bahwa Pinus punya keunikan itu, dengan berjajar rapi dan batang yang tinggi menjulang menantang langit. kalo anda tidak percaya ya datang saja ke Gogik. silahkan di buktikan.
Nah teman2 sakalian, yang ingin saya sampaikan ternyata manusia juga sama, setiap kita punya keunikan masing-masing yang tidak akan pernah sama antara satu dengan yang lain. bahkan orang yang Allah takdirkan kembarpun ternyata juga masih memiliki perbedaan, entah dari rambut, tai lalat, apalagi karakter. Tentang keunikan ini sampai ada yang berkata begini "manusia itu diciptakan dengan keunikannya masing-masing yang punya peran tersendiri dalam kehidupannya yang tidak bisa tergantikan oleh orang lain"
Tatkala bila ternyata hingga saat ini kita masih menjadi orang yang selalu berkeluh kesah dengan segala kekurangan yang kita miliki, maka kita harus segera belajar dari Pinus bahwa kita punya keunikan yang luar biasa yang tidak di miliki oleh orang lain. Yang harus kita lakukan saat ini hanyalah bagaimana kita mampu mengoptimalkan keunikan-keunikan diri kita, mari segera kita gali potensi terbesar dalam diri kita, dan masyarakat menunggu peran kita yang sesungguhnya, karena mereka sudah lelah dengan pemerintah yang "la mutu wa la yahya" "tidak mutu tapi banyak gaya"
wallahu a'lam
Monggo Lanjut...

Kamis, 12 Februari 2009

Jagalah Diri Kalian, Wahai Saudariku

Suatu hari di musim penghujan di pertengahan Bulan Pebruari tahun ini, pagi itu saya mengantarkan sahabat terbaik yang saya miliki saat ini ke Rumah Sakit Kariyadi Kota semarang.
Beliau sudah batuk selama lebih dari tiga minggu, akhirnya atas rekomendasi seorang kawan, sahabat saya ini saya antar ke RS Kariyadi untuk periksa. Kami datang ke Paviliun Garuda untuk pemeriksaan spesialis penyakit dalam. Setelah mendaftar, sambil menunggu giliran panggilan, kami beranjak ke ruang tunggu bersama pasien-pasien yang lain sambil menonton televisi yang entah tidak jelas sedang menayangkan apa. Tetapi ada satu pemandangan yang menarik, karena memang saya punya hobi melihat-lihat sekitar, yah semacam life observer begitulah. Pemandangan itu yakni seorang wanitu muda yang entah aku tidak tahu apakah dia termasuk orang yang ingin periksa atau sekadar mengantar saja. Wanita muda ini dengan asyiknya di tengah hiruk pikuk rumah sakit dia mengeluarkan alat riasnya dan mulailah adegan pemolesan wajah, penataan rambut dan dengan tangan yang tak lepas dari cermin. Jangan tanya perasaan saya waktu itu ya.
Tulisan ini tak hendak men –judge bahwa wanita itu tidak terhormat, wanita itu kurang sopan, dan lain sebagainya. Namun ada dua hal yang ingin saya bagi dengan Anda semuanya. Yang pertama, sebagai manusia kita masih sering kali tertipu dengan tampilan luar, sehingga seluruh energi, sumber daya yang kita miliki seolah-olah kita gunakan untuk membuat agar kita tampil luar biasa yang kadang kala di luar dari kenalaran kita, atau di luar dari watak keaslian kita. Memang kadang kala dalam tuntutan pekerjaan kita di wajibkan untuk berpakaian yang rapi, sopan dan tampak elegan, tetapi apakah kita harus senantiasa melakukan make over terhadap riasan wajah kita setiap saat dan setiap tempat, bahkan di rumah sakit? Saya secara pribadi kok kurang sependapat, karena setiap orang yang akan bergaul dengan kita, pastinya tidak akan selalu melihat penampilan kita yang wah, namun lebih kepada sikap dan karakter kita. Apakah kita pribadi yang sopan, murah senyum dan bertanggung jawab. Beda kasus memang bila kita akan bertemu dengan klien untuk yang pertama kali, ya wajar kita ingin memberikan kesan yang mendalam dan berpenampilan yang menarik, tetapi tetap wajar dan tidak berlebiahan itu tetap lebih baik. Seberapapun ketelitian kita dalam memperhatikan penampilan luar kita, kita ini manusia pasti adakalanya kita akan lupa dengan segala perawatan yang wah itu, dan pasti bisa jadi orang malah akan kecewa bila melihat kita apa adanya. Yang lebih baik adalah berpenampilanlah yang sederhana, tetapi kita punya sikap, kita punya attitude yang luar biasa, sehingga orang akan terpesona dengan inner beauty yang kita miliki.
Yang kedua, jujur saya termasuk laki-laki yang lebih cenderung suka kepada wanita yang berpenampilan lebih terrtutup. Bagi saya pribadi ( silahkan yang punya pendapat lain) wanita dengan pakaian tertutup itu lebih sopan, lebih berwibawa dan kayaknya lebih menentramkan kalau di pandang. Itu bagi saya. Mohon maaf bagi anda yang suka pamer paha, pamer ketiak dengan pakaian minim anda, ko kayaknya anda begitu relanya bagian tubuh anda di nikmati oleh semua orang yang lalu lalang di jalan, di pasar, di mall dan di tempat-tempat lain. Padahal dalam persepsi saya harusnya bagian-bagian tubuh tersebut hanya menjadi hak suami anda bagi yang sudah menikah, bagi yang belum menikah maka siapkanlah yang terbaik bagi calon suami anda. Bagi yang muslimah ya alangkah lebih baiknya anda memakai kerudung, jilbab itu lebih baik, selain menutup aurat, setahu saya berkerudung itu juga menjadi bagian dari perintah agama, dan kalau memang anda belum mampu berkerudung ya mulailah cicil dengan baju lengan panjang, rok, dan mulai membeli jilbab satu persatu. Dan setelah semuanya terkumpul besiaplah untuk berubah menjadi wanita idaman. Dan bagi yang non muslim, saya ingin menyampaikan kita ini bangsa timur, dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budaya lokal bangsanya. Bangsa kita adalah bangsa yang ramah, penuh kesopanan, kaya dengan kearifan dan kebijaksanaan. Mari kita lestarikan budaya malu, malu bila kita tidak berpakaian tidak sopan, malu bersikap kasar, malu terlalu membanggakan penampilan luar, dan sebagaianya. Kenapa saya menyampaikan ini semua? Karena saya sayang kepada kalian semua saudariku, saya tidak ingin tubuh kalian di nikmati laki-laki hidung belang yang tidak tahu malu. Yang menuntut hidup penuh dengan nafsu, dan akhirnya merusak keindahan kalian. Yah semoga ada hikmah dari setiap jengkal perjalanan hidup kita.
Semarang, Kamis 12 Pebruari 2009 Pukul 00.16 wib

Monggo Lanjut...

Selasa, 10 Februari 2009

rindu syurga

hidup sebenarnya adalah sebuah perjalanan pendek dan sesaat, bila hidup dimaknai bahwa hidup hanya untuk dunia ini. tetapi ada sebuah analogi menarik bahwa hidup adalah sebuah pelayaran ke pulau impian yakni syurga. Dan saat ini kita sedang menaiki kapal bernama dunia, air yang kita gunakan untuk perjalanan menggerakkan kapal, itulah harta. bila harta yang kita miliki hanya segelintir maka perjalanan akan terhambat, dan kapal akan berlayar sangat lambat bahkan tidak mau berlayar atau oleng dan rubuh karena kapal tersebut tidak mampu berdiri tegak. Meskipun dalam kenyataanya pernyataan ini tidak sepenuhnya mutlak benar, karena kadang ada juga orang yang miskin tetapi ketaatannya sedemikian baik dengan Sang Khalik. Tetapi kembali ke pembicaraan awal bahwa air itu adalah harta, maka dengan air yang cukup atau bahkan melimpah maka dapat di prediksikan bahwa kapal akan berlayar lebih cepat. Namun apa yang terjadi bila air tersbut terlalu melimpah bahkan menjadi gelombang?? ya yang terjadi adalah kapal tersebut akan mengalami kegoncangan bahkan bisa jadi karam ( tenggelam ), atau kondisi yang lain yakni bila para penghuni kapal malah sibuk dengan air yang ada di bawah mereka dan orang-orang ini tidak fokus pada perjalannya maka yang terjadi adalah orang-orang ini tidak akan pernah sampai pada pulau impian tadi, karena mereka asyik bermain dengan air dan tidak peduli lagi kemana kapalnya berlayar. Bahkan bisa jadi kapal tersebut tidak berlayar ke pulau impian lagi, tetapi telah berbalik arah ke pulau yang penuh dengan kesengsaraan, itulah pulau neraka.
saudaraku yang di Rahmati Allah SWT, yang paling bijak adalah kita memang harus mengambil bagian kita di dunia dengan memiliki harta yang secukupnya dan kita tidak boleh melupakan tujuan awal pelayaran kita yakni negeri akherat, negeri yang di berkahi, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, itulah kampung syurga. Dan marilah kita menjadi perindu-perindunya, ya perindu syurga.
wallahu a'lam
semarang, 09 Pebruari 2009 pukul 22.38 wib
Monggo Lanjut...

Sabtu, 07 Februari 2009

Semangat Menuntut Ilmu

Kang Nur, kami lebih sering memanggilnya begitu dari pada memanggil dengan nama lengkapnya Nur Duha, Cahaya di waktu Duha, begitulah nama lengkap sahabat kami ini. Saya kenal dengan beliau waktu kami dulu satu sekiolah di Sekolah Dasar Negeri di kampung kami. Kang Nur adalah tipe anak yang pendiam dan jarang bergaul dengan teman-teman, tetapi meskipun begitu kami tetap menghormatinya karena beliau adalah anak yang bertanggung jawab, selain itu beliau juga adalah anak dari kiai di kampung kami. Tetapi perjalanan kebersamaan kami di sekolah dasar hanyalah sampai kelas 3, sepertinya entah karena ketidakmampuan Kang Nur dalam mengikuti pelajaran sekolah hingga guru-guru kami memutuskan Kang Nur harus tinggal kelas. Setelah itu setahu kami beliau berhenti sekolah formal.

Dunia terus berputar, 15 tahun kemudian oleh Allah kami di pertemukan dalam sebuah siang di tengah sawah. Waktu itu saya sedang perjalanan pulang ke kampung halaman karena sudah terlalu lama merantau, mengais rejeki di Kota Semarang. Kang Nur sedang memegang sebuah traktor ( alat pembajak sawah dengan mesin diesel sebagai penggeraknya) dan sedang mengolah sawah milik orang lain. Dan traktor tersebut juga milik orang lain tapi sekarang telah berpindah menjadi miliknya juga, karena traktor tersebut adalah milik mertuanya. Kami berbincang sebentar dan traktor akhirnya di pegang oleh anak buahnya. Ya beliau sekarang sudah mempunyai anak buah. Cerita punya cerita ternyata setelah beliau tidak naik kelas, oleh orang tuanya beliau di serahkan ke pondok pesanren tradisional di Kecamatan Wirosari sebuah daerah di Kabupten Grobogan Jawa Tengah. Dan hampir 5 tahun beliau menimba ilmu agama di sana, dan dengan tempaan yang sangat baik akhirnya beliau menjadi seorang yang sangat fahim ilmu agama dan termasuk menjadi rujukan di kampung kami. Dan akhirnya Allah pertemukan beliau dengan seorang bunga desa dan menikah. Tetapi hanya karena kerja keraslah yang akhirnya saya bisa melihatnya menjadi seperti itu sekarang ini. Dan begitulah buah dari semangat menuntut ilmu yang di imbangi dengan kerja keras, ketekunan juga tak lupa membangun kedekatan pada Allah Sang Pemilik Segalanya.

Anda yang saat ini punya kemampuan intelektual yang pas-pasan, tidak percaya diri dengan kemampuan otak kirinya, yang tidak di terima SPMB di perguruan tinggi favorit pilihan anda. Mulai sekarang jangan pernah berkeluh kesah lagi, jangan pernah meratapi nasib yang tidak mempertemukan Anda dengan pendidikan formal yang Anda idam-idamkan,. Tapi yakinlah bahwa Allah masih punya rencana yang terbaik untuk Anda. Tetapi rencana itu tidak bisa datang begitu saja di hadapan Anda, Anda harus mau berjalan untuk menjemputnya, bahkan kalau perlu berlari untuk merengkuhnya. Ilmu tidak harus di dapatkan dari pendidikan formal saja, masih banyak madarasah-madarasah ilmu yang lain, masih banyak sumur-sumur pengetahuan yang bisa anda timba, dengan membaca buku, mendengarkan ceramah di radio dan televisi ataupun mengikuti seminar-seminar, dan bahkan belajar langsung dari lapangan kehidupan, yang sejatinya di sanalah guru yang sejati bagi kita semuanya.

Dan semuanya akan berpulang kepada kita masing-masing, seberapa tangguh kita mengejar ketertinggalan yang ada, apakah kita hanya akan menjadi pecundang yang senantiasa meratapi nasib? Ataukah kita akan menjadi jiwa-jiwa baru yang mampu menggentarkan kemalasan, meluluh-lantakkan kepenatan dan merubahnya menjadi ruh-ruh semangat yang senantiasa berkobar menggapai asa dan mimpi kita.

Wallahu a’lam

Semarang, 05 Februari 2009 pukul 14.33 WIB

Monggo Lanjut...

Rabu, 04 Februari 2009

Episode cinta aktivis

Saudaraku aku hendak berkisah padamu tolong simaklah dengan baik, siapa tahu dengan kisah ini semoga lebih meneguhkanmu dalam terjalnya jalan dakwah ini. Kisah ini adalah kisah nyata dari orang yang sangat dekat denganku. Kisah ini bermula ketika saudara kita ini sedang lagi semangat-semangatnya berdakwah, mencoba melabuhkan hidup pada aktivitas membangun peradaban, walaupun dengan kontribusi yang kecil sesuai dengan kemampuannya. Dalam sebuah kesempatan, beliau di amanahi sebagai seorang ketua departemen pengkaderan sebuah lembaga dakwah di fakultasnya, walaupun dengan agak berat hati dalam menerima amanah ini karena merasa belum layak, saudara kita ini tetap menjadi aktivis yang cepat belajar dan dapat di jadikan teladan bagi staf-stafnya di departemen tersebut, karena kesigapannya dalam bergerak dan menjalankan setiap program kerja departemennya tanpa ada keluhan, yang ada hanyalah kerja keras dan ketekunan membangun sebuah miniatur peradaban baru dalam ruang lingkup hidupnya.

Hari-hari yang ia lewati adalah hari-hari keras dengan segala tantangan dakwah yang kian terpampang di depan, hingga suatu waktu dengan inisiatif beliau juga, karena melihat kader yang terekrut belumlah sesuai dengan target tahunan organisasi maka saudara kita ini mengajak beberapa lembaga dakwah se fikrah dari fakultas lain untuk mengadakan acara bareng guna melakukan perekrutan anggota baru. Dan gayungpun di sambut dan disepakatilah hari pembentukan kepanitiaan. Setiap Fakultas telah mengirimkan masing-masing perwakilannya, dan dari fakultasnya beliau sendirilah yang maju dengan di bantu seorang staf. Pembentukan kepanitian begitu lancar dan beliau di amanahi sebagai seorang ketua seksi acara, dengan ketua panitia dari fakultas yang lain. Rapat-rapat awal panitia memang berjalan cukup lancar dan belum ada hambatan yang berarti. Tetapi rapat-rapat ketiga, keempat adalah rapat yang payah karena hampir seluruh panitia perwakilan masing-masing fakultas ini sibuk dengan amanah di fakultasnya, padahal waktu persiapan yang ada tersisa cuma beberapa pekan. Dan praktis hanya saudara kita ini saja yang mau bergerak, mencoba menghubungi anggota panitia yang lain, kerana ketua panitianya pun ternyata masih sakit. Orang pertama yang coba di ajak berdiskusi menyelesaikan masalah ini adalah sekretaris kepenitiaan rekrutmen, tetapi naas sang sekretaris pun lagi tidak semangat karena yang bergerak hanya satu dua orang saja padahal seluruh hal yang berkaitan dengan rekrutmen adalah tanggung jawab seluruh fakultas yang ada. Dengan kata-kata yang sabar saudara kita ini mencoba mengingatkan sang sekretaris, bahwa bila seluruh panitia berpikiran sama seperti sekretaris maka acara ini akan gagal, maka harus ada yang menjadi pioner dan mencoba menggerakkan kembali roda kepenitiaan ini, begitu argumen saudara kita. Dan benarlah dengan persiapan seadanya diajaklah kembali seluruh panitia untuk berkomitmen kembali dalam acara kepanitiaan ini. Dan dari sinilah awal mula kisah cinta itu bersemi.

Acara perekrutan sudah selesai dan syukur peserta memenuhi target, dan acarapun berlangsung cukup lancar, bahkan acara terakhir yakni simulasi aksipun cukup meriah.

Haripun berlalu dan sang al akh inipun kembali pada rutinitasnya, berdakwah, menjadi pementor di jurusannya, kuliah dan berusaha mencari maisyah tambahan buat mengurangi beban orang tuanya. Tetapi ada sebuah rutinitas baru dalam kesehariaannya, yakni mencoba tetap kontak dengan seluruh kepanitiaan acara perekrutan dan tidak lupa juga sang sekretaris panitia. Apakah untuk bertanya bagaimana pengkaderan di fakultas yang lain, mungkinkah bisa di buka kembali kran kerjasama untuk satu buah acara yang lain, tentunya dengan tetap menjaga adab-adab interaksi laiknya seorang aktivis dakwah.

Tetapi saudaraku, setan itu pandai berbisik halus sekali, tanpa di sadarai oleh saudara kita ini, sms yang di kirimpun sekarang tidak hanya sekadar tanya bagaimana kabar dakwah di fakultas yang lain tapi juga bertanya kabar lawan sms nya. Dan tanggapan dari lawan sms juga cukup positif, lha namanya juga tanya kabar masa tidak di jawab, dari sekadar tanya kabar lalu berlanjut tanya kegiatan akademik, lulusnya kapan, tanya cita-cita masa depan, dan setelah lulus mau kemana. Semuanya berlangsung sangat halus tanpa di sadari godaan iblis menelusup di setiap kata. Semuanya berlanjut, dan saudara kita ini telah berani mengirim sms bertanya apakah sudah makan belum, lagi capek ya, hari ini ada agenda apa, dan nikahnya kapan? Sudah ada calon belum, saya boleh daftar atau tidak dan seterusnya dan seterusnya

Aku tak ingin melanjutkannya karena aku yakin antum semua pasti bisa menebak bagaimana cerita itu berlanjut, dan terjadilah yang terjadi. Karena gayung telah tersambut maka terjadilah sebuah komitmen bahwa mereka akan berniat menikah kelak setelah sama-sama lulus kuliah. Hari baru telah datang, selamat tinggal jomblo, kata saudara kita dalam hati.

Ikhwah, doa seorang saudara itu sangat manjur apalagi persaudaraan yang di ikat oleh akidah. Begitupun amalan-amalan maknawi kita yang kadang tanpa ruh juga punya pengaruh yang luar biasa dalam pembentukan nurani kita. Begitulah cara Allah yang ingin mengembalikan sucinya jalan dakwah itu, bahwa dakwah itu tidak boleh terkotori oleh niatan-niatan buruk cinta semu duniawi. Dan sang al akh inipun mulai tersadar bahwa apa yang telah ia lakukan selama ini adalah sebuah kesalahan, ini bukan jalan yang telah di contohkan oleh para dai-da’i terdahulu. Tetapi setan juga bukan makhluk yang bodoh, dia selalu membisikkan apakah tidak boleh seorang dai jatuh cinta, jatuh cinta adalah sebuah fitrah. Toh kitapun tidak pernah bertemu secara langsung, berpegangan tangan, apalagi berboncengan, paling kita hanya sms saja dan paling banter telpon. Tetapi sekali lagi aku sampaikan kepadamu wahai aktivis dakwah, bahwa doa seorang saudara kepada saudara seiman itu sangat mugkin di kabulkan oleh Allah.

Langit pagi yang cerah telah datang dan keputusan telah di ambil, dengan segala kemantapan hati maka di ambillah sebuah keputusan ”pahit”, dengan segala keberanian maka di ungkapkanlah oleh saudara kita ini bahwa mereka harus putus, kalau memang jodoh pasti nanti juga di pertemukan oleh Allah dan kalau memang belum jodoh pasti Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Dan pecahlah tangis sang akhwat karena ikhwan yang diharapkan akan menjadi qowam bagi rumah tangganya kelak telah berpaling, dan jelas yang ada kini adalah kekecewaan sang akhwat karena merasa telah di khianati, juga kebencian yang dalam, seperti lagunya Roma Irama atau entah lagunya siapa mungkin antum yang lebih tahu, kau yang mulai, kau yang mengakhiri. Dan cerita baru telah mulai tertulis kembali, bahwa layar dakwah harus tetap terkembang dan tak takut terpaan angin. Dan aku pun yakin dengan sepenuh hati bahwa sang akhwat pasti juga kembali kepada lurusnya jalan dakwah. Karena begitulah fitrah seorang aktivis dakwah. Kalau saudaraku ingin tahu siapa sang ikhwan tadi, kapan-kapan saja aku ceritakan padamu, tapi jangan sekarang.

( di sarikan dari berbagai sumber )

Saudaraku satu hal yang harus kita catat bersama dan kita tanamkan dalam hati kita masing-masing, bahwa dakwah adalah sebuah pekerjaan yang agung, dakwah adalah sarana para rasul untuk menunjukkan umat dari tikungan jalan kesesatan kepada jalan kebenaran, maka sudah sepantasnyalah dakwah tidak boleh terkotori oleh para dainya sendiri, seperti halnya seorang dokter yang tidak mungkin memberikan penyakit kepada pasiennya. Karena sejak awal, tarbiyah (pembinaan) telah mengajarkan kepada kita bahwa cinta kepada yang menciptakan cinta adalah puncak tertinggi dari ekspektasi cinta itu sendiri, yang kedua adalah cinta kepada Rasul Nya, dan berikutnya adalah cinta kepada jihad dijalan Nya ( QS 9 : 24 )

Ikhwah betapa indah hidup yang kita jalani bila modal cinta kepada Sang Pemilik cinta telah kita raih seutuhnya, karena bila seluruh makhlukpun ingin mendatangkan keburukan bagimu, semuanya tidak akan tercapai tanpa IzinNya. Dan bila seluruh makhluk pun berhimpun untuk mendatangkan kebaikan kepadamu, maka hal itu tidak pula akan terjadi tanpa kehendakNya. Betapa mengagumkannya hidup kita, bila kita telah mendapatkan cintaNya.

Kepada seluruh ikhwan aku wasiatkan sebuah nasehat, jadilah ikhwan sejati, ikhwan yang tegas dalam berkata-kata, ikhwan yang amanah dalam setiap tanggung jawab yang di embannya, ikhwan yang kuat menjaga prinsip-prinsip dakwah, ikhwan yang tidak mudah goyah terhadap rayuan, ikhwan yang mampu menjaga diri dan martabatnya.

Dan kepada seluruh akhwat, aku mohon jagalah hijab kalian, kalian adalah ibu dari mujahid-mujahid perindu syurga, tempatkan rasa malu kalian dalam setiap aktivitas, jadilah akhwat yang tegas dalam berbicara, jadilah akhwat sejati dengan berpegang teguh pada tuntunan Quran dan Sunnah, jangan mudah tergoda oleh rayuan semu, dan hanya kepada Allah lah kita kembalikan setiap perbuatan kita

Wallahu A’lam

Dalam separuh waktu pkl 00.16 wib

Monggo Lanjut...

Sepucuk cinta di ujung senja



Mentari telah hilang sejak sore tadi

Dan aku hanya mampu terpekur disini

Menatap awan yang kian berarak meninggi

Berharap hujan turun lagi sore ini


Menghapus jejak yang kian berkabut

Dalam bayang hitam yang kian berkelabut

Menempuh separuh malam yang suram

Dalam bayang-bayang hitam


Apakah dunia ini memang ada?

Ataukah hanya sebatas fatamorgana?

Aku berharap ada oase dalam padang gersang

Menjalani hidup tanpa makna

Tersiksa


Meratap seolah cinta telah punah dan menjelma menjadi prahara



Monggo Lanjut...

Hidup Menggapai Langit, Menjejak Bumi

Perjalanan manusia adalah kumpulan-kumpulan peristiwa yang bila di rangkai akan menjadi kalung sejarah yang menakjubkan, itu bila manusia tersebut adalah seorang yang mengagumkan pula. karena entah di sadari atau tidak banyak dari manusia yang enggan untuk berbenah, memperbaiki apa yang ada dan terjadi dalam kehidupan kesehariaannya. sehingga manusia macam ini hidup tanpa arah tujuan yang jelas, mengalir bagaikan air, padahal air yang mengalir pun punya tujuan yang jelas yakni menghempaskan hidup pada luas samudra.
nah apakah orang-orang seperti inikah yang saat ini berada pada bumi yang semakin tua dan rapuh ini?? siapakah mereka?? mereka adalah saudara-saudara kita, orang-orang yang senantiasa berada di sekitar kita, atau jangan-jangan mereka itu adalah diri kita sendiri??
karena benturan aktivitas duniawi yang padat, aktivitas penat yang melelahkan, sehingga kita lupa menggariskan kembali kemana arah yang akan kita tuju dalam hidup ini.

Hidup adalah menggapai langit, artinya dalam hidup ini punyailah mimpi yang melangit, gantungkan cita-cita itu setinggi angkasa, tumbuhkan ekspektasi yang luar biasa dalam hidup kita.
Dan Hidup adalah Menjejak Bumi artinya setiap mimpi, cita-cita , keberhasilan yang kita raih harus kita bagi untuk orang-orang yang kita cintai, untuk masyarakat dan untuk umat manusia seluruhnya, karena apalah arti hidup kita bila kita hidup dalam kesendirian dan hidup kita tidak akan pernah berarti tanpa kehadiran orang-orang yang kita cintai, yang senantiasa memberikan semangat, dorongan ,meneguhkan kesabaran, dan memberikan apresiasi terhadap kegagalan dan keberhasilan kita.
Hidup, Menggapai Langit Menjejak Bumi Monggo Lanjut...

keep Istiqamah

Keep Istiqomah!!
Untuk menjawab pertanyaan ade, mas ingin bercerita terlebih dahulu.

Dulu mas punya seorang kenalan yang sangat dekat sekali dengan mas, dan alhamdulillah hingga sekarang pun orang ini juga masih keep contact dengan mas. Awal ceritanya adalah beliau ini punya latar belakang yang sangat mirip dengan mas bahkan bolehlah di katakan sama, berangkat dari anak nakal ketika menjadi seorang siswa di sekolah, rambutnya senantiasa gondrong, kerjaanya tawuran, dan setiap pulang sekolah pasti mampir ke warung untuk menghisap barang haram ( versi MUI ) meskipun bukan sabu tapi rokok sudah menjadi keseharian beliau ini. Hingga ketika kami sama-sama menjalani kehidupan kampus dengan segala karakteristiknya kami di benturkan dengan keadaaan yang sama sekali berbeda dengan kehidupan sekolah, dan kami di pertemukan oleh Allah dengan dakwah. Pelan tapi pasti beliau berangsur menjauhi kehidupan lamanya, mulai dari kesukaanya mengusili orang lain, malak, kebiasaan merokoknya juga sudah lama beliau kurangi bahkan memang berangsur-angsur beliau tinggalkan.
Tetapi bukan berarti perjalanan kami lancar dan tidak ada hambatan, karena analoginya orang mau berbuat jahat saja ada hambatannya apalagi mau berbuat baik penuh ketaatan kepadaNya, setan mana yang tidak akan menjadi batu penghalang bagi kami waktu itu. Dan dengan analogi yang sama pula, orang mau berbuat kejahatan ternyata butuh keberanian, apalagi kami yang menginginkan syurga maka keberanian juga harus menjadi bagian yang terinternalisasikan dalam diri kami. Dan kami tumbuh bersama dalam asuhan dakwah, dan alhamdulilah hingga saat ini, ya setidaknya hingga detik ini kami masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dakwah, meskipun kami juga tidak dapat menjamin bahwa kami akan hidup dan mati bersama dakwah yang mulia ini, tetapi kami sama-sama meiliki komitmen / iltizam bahwa kami dengan segala apa yang ada pada diri kami telah kami wakafkan bagi dakwah ini, dan semoga Allah berkenan memberikan keistiqamahan bagi kami, dan semoga kami di pertemukan kelak dalam jannahNya.
Adequ yang di Rahmati Allah SWT, banyak sekali contoh-contoh teladan orang-orang yang Allah anugerahkan padanya hidayah sehingga ditengah kegelisahan hidup yang kian tidak jelas seperti ini orang-orang tersebut dengan segala apa yang ada pada dirinya masih memegang teguh tali Dien ini, dan orang-ornag ini juga tidak akan pernah rela bila dakwah mulia yang ia cita-citakan ini di gadai dengan harta apapun yang ada di dunia ini. Atau dengan kedudakan yang semulia apapun di berikan padanya, maka orang-orang ini tidak akan pernah bergeming, mereka akan tetap berputar pada garis edar dakwahnya yang mulia. Dan itulah orang-orang yang telah Allah janjikan baginya syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai.
Tetapi ada juga orang yang setengah hati dalam dakwah ini, dakwah ia anggap sebagai rumah yang akan memberinya kenyamanan tempat tinggal, dakwah ia anggap sebagai kereta yang akan mengantar perjalanan jauhnya dan dakwah juga ia angggap sebagai kapal yang akan membawanya kepulau impian. Bila rumah yang ia inginkan adalah syurga, tempat yang ia tuju adalah jannahNya, dan pulau impian itu adalah Firdaus maka benarlah ia telah memilih dakwah dan masuk dalam gerbongnya yang penuh sesak oleh orang-orang yang kadang menjadikan dakwah hanya sekadar tempat bersandar ketika ia lelah, tempat bercerita ketka ia punya masalah, dan tempat menangis ketika ia bersedih, orang-orang macam ini menuntut lebih kepada dakwah, apa yang bisa dakwah berikan kepada dirinya, apa yang akan ia dapatkan dari dakwah yang di lakukannya, apakah ia akan mendapatkan harta yang melimpah, apakah ia akan mendapatkan kedudukaan yang tinggi, dan apakah ia akan mendapatkan istri atau suami yang cantik atau tampan. Maka tunggulah waktunya bahwa orang-orang seperti inilah yang pasti akan terlempar dari gerbong dakwah ini, Karena bila ia tidak membersamai dakwah maka dakwah akan membersamai orang lain yang lebih dalam cintanya kepada dakwah, lebih giat kerjanya, lebih ikhlas amalnya, lebih bersungguh-sungguh dalam perjuangannya, dan senatiasa bersabar dalam segala kondisi dan keadaan yang memang kadang tidak menyenangkan.
Dan yang harus kita ingat adeku, bahwa setiap kita bisa menjadi bagian dari salah satu kisah di atas, menjadi ornag-orang yang ikhlas dalam berdakwah dan senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri apa yang telah aku berikan kepada dakwah. Atau kita menjadi bagian dari orang-orang yang menginginkan “bagian” dari dakwah ini berupa kedudukan, penghargaan , pujian, dan harta. Dan kita akan kecewa bila ternyata dakwah tidak pernah memberikan apa-apa yang kita inginkan, dan kita akan mundur dari dakwah ini, dan menambah daftar panjang orang-orang yang kecewa dengan dakwah. Mas yakin bahwa kita semuanya yang telah mewakafkan diri dalam dakwah ini tidak pernah terbersit dalam benak kita untuk berlari meninggalkan dakwah dan bergabung dalam gerombolan orang-orang bodoh yang tidak tahu betapa mengagumkannya jalan dakwah ini.
Dalam email ini mas tidak ingin mengajari ade tentang hal-hal teknis di lapangan dakwah, Karena hal-hal itu mudah sekali ade dapatkan dalam halaman-halaman buku, dalam majalah-majalah dakwah, dan mas yakin dengan sepenuh keyakinan bahwa masalah teknis itu sangat mudah sekali penyelesaiannya, meskipun kita memang harus berikhtiar dengan segal kemampuan yang kita miliki
Ajarilah mulai dari sekarang saudara-saudara kita tentang mimpi akherat, dengan panji-panji alquran bahwa dakwah adalah sebuah pekerjaan yang mulia, bahwa dakwah adalah sebuah jalan yang akan mengantarkan kita ke jannahNya, bahwa dakwah adalah sebuah kereta yang mampu melaju dengan kecepatan tinggi yang akan membawa kita pada stasiunNya. Ajarilah mereka tentang mimpi itu, maka mereka akan mencari jalan masing-masing untuk segera berbenah mencari jalan menuju kereta, mencari kendaraan untuk segera bertemu denganNya.
Wallahu Alam
Semarang, 03 Februari 2009 Pukul 01.45 WIB Monggo Lanjut...