Kamis, 05 Januari 2012

“buta warna” kehidupan

Suatu pagi di sebuah kampung terjadilah dialog sebagai berikut
“bro, kayake sapimu itu kok mirip banget sama sapiku ya?” kata Jhono.
“hmmm, kalau dilihat dari belakang sih iya, mirip banget bro” timpal Parto.
“gimana kalau ekor sapimu, dipotong saja bro”usul Jhono.
“Wah ide menarik tuh bro” sahut Parto.
akhirnya dipotonglah ekor sapi si Parto. Setelah beberapa saat sapi mereka asyik makan rumput di pinggiran kampung.
Si Jhono menimpali lagi ”ehh bro, kalo dilihat-lihat dari depan neh, kayaknya sapi kita tetap mirip neh”
“iya bener bro” sahut Parto.
“enaknya gimana ya?” tanya Jhono.
“bagaimana kalau telinga sapimu kamu potong saja bro, kan tadi ekor sapiku sudah ku potong” usul Parto.
“wah boleh tuh” jawab Jhono.
Benar, tepat setelah itu di potonglah telinga sapi si Jhono.
“nah kalau begini pasti ga akan ketuker neh sapi kita bro” kata Jhono.
“ sip sip” sahut Parto.
“ehh itu ada anak SD baru pulang sekolah, kita tanya dia saja deh untuk ngecek perbedaan sapi kita” usul Jhono.
“boleh boleh” sahut Parto.
Di panggillah anak SD yang lewat itu.
“ehh de, sini sini, abang mau nanya. Kamu lihat 2 sapi kita itu kan” kata jhono.
“iya bang” jawab anak SD.
“menurut kamu ke dua sapi itu beda ga?” tanya Jhono.
“iya, beda bang, yang satu warnanya coklat, yang satu warnanya putih”.
Kalau Anda ingin tertawa “go a head”
(cerita ini cerita fiksi, diambil dari berbagai sumber, dirangkum guna hiburan semata tanpa bermaksud menghina suatu kelompok) hehe
Pembaca yang budiman, apa poin yang bisa Anda tangkap dari cerita di atas? Bahwa kadangkala kita terburu-buru dan gegabah dalam mengambil sebuah tindakan tanpa tahu esensi dari tindakan yang kita ambil. Kenapa begitu? Inilah yang saya sebut sebagai “buta warna” kehidupan. Acapkali kita di hadapkan pada masalah pelik yang dalam waktu yang cepat musti mengambil keputusan, tetapi di satu sisi kita belum memiliki pengetahuan atau data yang cukup untuk mengambil sebuah keputusan yang benar-benar tepat. Tetapi sesungguhnya yang terjadi adalah bukan karena pengetahuan kita yang terbatas tetapi lebih pada kita tidak tahu esensi masalah yang kita hadapi. Kenapa akhirnya para pemuda tadi malah memotong ekor dan telinga sapi-sapi mereka? Ya, karena ketidaktahuan mereka bahwa warna kulit sapi mereka sudah berbeda. Bisa jadi hal ini juga terjadi pada kehidupan kita, ada beberapa orang yang merasa salah ambil jurusan pada waktu memasuki bangku perkuliahan dikarenakan ketidaktahuan apa yang nanti akan di pelajari di jurusan yang sudah kadung di ambil. Atau pada kasus yang lain ada orang-orang yang terlanjur memutus tali silaturahim hanya karena berdasar informasi menyesatkan dari sumber yang tidak dapat di percaya. Betapa banyak orang yang akhirnya menyesal karena sudah terlanjur mengerjakan sesuatu yang salah dalam hidupnya.
Bukan, tulisan ini bukan ingin mengajari agar kita menjadi penakut, terlalu pemikir sebelum bertindak. Saya katakan tidak, saya hanya ingin mengajak Anda untuk lebih hati-hati, bijaksana dan lebih arif dalam mengambil sebuah keputusan-keputusan dalam hidup Anda. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang tergesa-gesa dalam mengambil sebuah keputusan, padahal kita belum mengetahui benar esensi dari apa yang nanti akan kita putuskan. Belajarlah menjadi orang yang lebih bijak tatkala kita akan mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup kita. Tetapi tatkala kita sudah memutuskan sesuatu dalam hidup kita, maka yang lebih baik adalah kita siap dengan konskuensi dari keputusan yang kita ambil, tidak perlulah menyesal, teruslah melihat kedepan. Jadikan semuanya sebagai pembelajaran agar kita menjadi lebih arif dan lebih bijaksana dalam melihat hidup.
Wallahu a’lam Monggo Lanjut...