Kamis, 03 November 2011

Menjadi Pendamping Asrama Beastudi Etos

Desember 2008 waktu itu saya sebenarnya sudah di semester 9 menjadi mahasiswa UNDIP. Sudah cukup tua sebenarnya di usia kampus. Saya yang sedang santai di rumah kontrakan bersama teman-teman satu jurusan di Teknik lingkungan undip didatangi oleh senior saya di kampus. “Akh Agus” panggil beliau. “Begini, saya ingin menawarkan kepada antum untuk menjadi pendamping Etos”, “ wah saya ga berani Pak, dengan kelakuan saya yang masih ga bener begini saya ga berani menjadi pendamping etos” jawab saya waktu itu. “ coba cari yang lain deh Pak” saya berkilah agar amanah menjadi pendamping etos di tawarkan kepada yang lain, saya juga menawarkan beberapa teman-teman saya yang lain yang saya yakin punya kompetensi yang lebih baik dari pada saya. “antum itu sudah dipilih dengan berbagai pertimbangan akhi” jawab beliau. “baiklah Pak, beri waktu saya 1 hari untuk berpikir ya Pak” janji saya waktu itu.
Menjadi pendamping etos, mendampingi kegiatan asrama, mendampingi kegiatan pembinaan pekanan sebenarnya adalah pekerjaan yang cukup “sederhana” kalau di tilik dari tugas formalnya. Kita hanya cukup memastikan acara majelis pagi berjalan, meng-absen siapa yang hadir dan memberi teguran kepada yang tidak hadir. Pada kegiatan pembinaan rutin pekanan kita harus memastikan pembicara ada dan hadir, etoser juga hadir. Tiap 1 bulan kita buatkan laporan dari pembinaan asrama dan pembinaan rutin pekanan. Laporan kita kirim ke etos pusat. Selesai sudah tanggung jawab kita secara formal sebgai pendamping asrama etos.
Tetapi apakah benar seperti itu saja tanggung jawab sebagai pendamping? Ternyata belum selsesai. Kita harus memastikan semua etoser bertumbuh dan berkembang dengan baik. Kita musti tahu satu persatu apakah etoser sedang ada masalah pribadi atau tidak, apakah ada etoser yang kekurangan uang untuk biaya kuliah? Ataukah ada etoser yang merasa tidak percaya diri selama di asrama ataupun di kampus? Dan hal itulah yang musti di kerjakan oleh seorang pendamping asrama beastudi etos. Dia tidak hanya memastikan bahwa pembinaan harian asrama dan pembinaan pekanan berjalan dengan baik. Tetapi juga pendamping kudu memastikan setiap etoser beertumbuh dan berkembang dengan optimal. Baik dari sisi akademik, sisi agama, sisi pengembangan diri juga sisi sosial.
Menjadi pendamping etos kalau dianggap sebagai beban akan berat, tetapi bila kita anggap sebagai panggilan jiwa bahwa banyak dari generasi-generasi muda negeri ini yang membutuhkan dampingan, dukungan dan pembinaan maka yang berat akan terasa ringan, yang mengecewakan akan terasa melegakan, tangisan akan berbuah kebahagiaan. Karena ada saja tingkah laku etoser yang membuat kita menangis, meneteskan air mata, tertawa, sedih, tersenyum, kecewa juga bangga. Kadangkala menjadi pendamping kita dituntut untuk profesional. Yang tidak ikut pembinaan kita kenai etos counter, di potong uang saku mereka, tetapi kadangkala rasa sayang kita kepada mereka menghalanginya. Satu sisi kita harus menjadi komandan bagi etoser, satu saat kita dituntut menjadi sahabat, satu sisi menjadi kakak, disaat yang lain menjadi orang tua, dan waktu yang lain kita di harapkan menjadi seorang guru. Menarik bukan?
Kebahagiaan tertinggi bagi kami para pendamping adalah tatkala kami melihat adik-adik kami yang dulunya gagap saat berbicara tiba-tiba bisa menjadi seorang ketua di lembaga dakwah kampusnya, kami bahagia saat kami melihat seorang etoser yang tiba-tiba membawa pulang medali emas dari PIMNAS. Kami sangat banggga tatkala kami melihat seorang etoser yang dengan kesibukan kampusnya yang luar biasa padat, tetapi masih menyempatkan waktu menghajar TPQ dimasjid sekitar asrama. Kami sangat bangga tatkala melihat etoser yang bacaan Qur’annya luar biasa. Karena kami memahami bahwa setiap etoser adalah manusia-manusia unik yang memiliki potensi-potensi yang luar biasa. Tugas kamilah yang harus banyak menggali potensi-potensi tersebut untuk dikembangkan sesuai dengan minat dan bakat mereka. Memang kami juga bukan makhluk yang sempurna tetapi kami belajar menjadi manusia yang berbahagia tatkala bisa menjadikan mereka manusia-manusia baru yang dengan segenap potensi yang mereka miliki, mereka bisa berprestasi di bidang terbaik mereka dan dengan potensi itu mereka gunakan juga untuk berkontribusi memberdayakan masyarakat Indonesia. Etos untuk Indonesia yang lebih baik.
Dan ternyata saya bisa bertahan menjadi pendamping asrama Beastudi Etos Semarang hingga akhir 2010.
Salam sayang dan kangen untuk anak-anak saya di Etos Semarang.
Yakin Bisa Pasti Bisa. Jujur, Disipilin dan Kerja Keras Monggo Lanjut...