Hari-hari yang ia lewati adalah hari-hari keras dengan segala tantangan dakwah yang kian terpampang di depan, hingga suatu waktu dengan inisiatif beliau juga, karena melihat kader yang terekrut belumlah sesuai dengan target tahunan organisasi maka saudara kita ini mengajak beberapa lembaga dakwah se fikrah dari fakultas lain untuk mengadakan acara bareng guna melakukan perekrutan anggota baru. Dan gayungpun di sambut dan disepakatilah hari pembentukan kepanitiaan. Setiap Fakultas telah mengirimkan masing-masing perwakilannya, dan dari fakultasnya beliau sendirilah yang maju dengan di bantu seorang staf. Pembentukan kepanitian begitu lancar dan beliau di amanahi sebagai seorang ketua seksi acara, dengan ketua panitia dari fakultas yang lain. Rapat-rapat awal panitia memang berjalan cukup lancar dan belum ada hambatan yang berarti. Tetapi rapat-rapat ketiga, keempat adalah rapat yang payah karena hampir seluruh panitia perwakilan masing-masing fakultas ini sibuk dengan amanah di fakultasnya, padahal waktu persiapan yang ada tersisa cuma beberapa pekan. Dan praktis hanya saudara kita ini saja yang mau bergerak, mencoba menghubungi anggota panitia yang lain, kerana ketua panitianya pun ternyata masih sakit. Orang pertama yang coba di ajak berdiskusi menyelesaikan masalah ini adalah sekretaris kepenitiaan rekrutmen, tetapi naas sang sekretaris pun lagi tidak semangat karena yang bergerak hanya satu dua orang saja padahal seluruh hal yang berkaitan dengan rekrutmen adalah tanggung jawab seluruh fakultas yang ada. Dengan kata-kata yang sabar saudara kita ini mencoba mengingatkan sang sekretaris, bahwa bila seluruh panitia berpikiran sama seperti sekretaris maka acara ini akan gagal, maka harus ada yang menjadi pioner dan mencoba menggerakkan kembali roda kepenitiaan ini, begitu argumen saudara kita. Dan benarlah dengan persiapan seadanya diajaklah kembali seluruh panitia untuk berkomitmen kembali dalam acara kepanitiaan ini. Dan dari sinilah awal mula kisah cinta itu bersemi.
Acara perekrutan sudah selesai dan syukur peserta memenuhi target, dan acarapun berlangsung cukup lancar, bahkan acara terakhir yakni simulasi aksipun cukup meriah.
Haripun berlalu dan sang al akh inipun kembali pada rutinitasnya, berdakwah, menjadi pementor di jurusannya, kuliah dan berusaha mencari maisyah tambahan buat mengurangi beban orang tuanya. Tetapi ada sebuah rutinitas baru dalam kesehariaannya, yakni mencoba tetap kontak dengan seluruh kepanitiaan acara perekrutan dan tidak lupa juga sang sekretaris panitia. Apakah untuk bertanya bagaimana pengkaderan di fakultas yang lain, mungkinkah bisa di buka kembali kran kerjasama untuk satu buah acara yang lain, tentunya dengan tetap menjaga adab-adab interaksi laiknya seorang aktivis dakwah.
Tetapi saudaraku, setan itu pandai berbisik halus sekali, tanpa di sadarai oleh saudara kita ini, sms yang di kirimpun sekarang tidak hanya sekadar tanya bagaimana kabar dakwah di fakultas yang lain tapi juga bertanya kabar lawan sms nya. Dan tanggapan dari lawan sms juga cukup positif, lha namanya juga tanya kabar masa tidak di jawab, dari sekadar tanya kabar lalu berlanjut tanya kegiatan akademik, lulusnya kapan, tanya cita-cita masa depan, dan setelah lulus mau kemana. Semuanya berlangsung sangat halus tanpa di sadari godaan iblis menelusup di setiap kata. Semuanya berlanjut, dan saudara kita ini telah berani mengirim sms bertanya apakah sudah makan belum, lagi capek ya, hari ini ada agenda apa, dan nikahnya kapan? Sudah ada calon belum, saya boleh daftar atau tidak dan seterusnya dan seterusnya
Aku tak ingin melanjutkannya karena aku yakin antum semua pasti bisa menebak bagaimana cerita itu berlanjut, dan terjadilah yang terjadi. Karena gayung telah tersambut maka terjadilah sebuah komitmen bahwa mereka akan berniat menikah kelak setelah sama-sama lulus kuliah. Hari baru telah datang, selamat tinggal jomblo, kata saudara kita dalam hati.
Ikhwah, doa seorang saudara itu sangat manjur apalagi persaudaraan yang di ikat oleh akidah. Begitupun amalan-amalan maknawi kita yang kadang tanpa ruh juga punya pengaruh yang luar biasa dalam pembentukan nurani kita. Begitulah cara Allah yang ingin mengembalikan sucinya jalan dakwah itu, bahwa dakwah itu tidak boleh terkotori oleh niatan-niatan buruk cinta semu duniawi. Dan sang al akh inipun mulai tersadar bahwa apa yang telah ia lakukan selama ini adalah sebuah kesalahan, ini bukan jalan yang telah di contohkan oleh para dai-da’i terdahulu. Tetapi setan juga bukan makhluk yang bodoh, dia selalu membisikkan apakah tidak boleh seorang dai jatuh cinta, jatuh cinta adalah sebuah fitrah. Toh kitapun tidak pernah bertemu secara langsung, berpegangan tangan, apalagi berboncengan, paling kita hanya sms saja dan paling banter telpon. Tetapi sekali lagi aku sampaikan kepadamu wahai aktivis dakwah, bahwa doa seorang saudara kepada saudara seiman itu sangat mugkin di kabulkan oleh Allah.
Langit pagi yang cerah telah datang dan keputusan telah di ambil, dengan segala kemantapan hati maka di ambillah sebuah keputusan ”pahit”, dengan segala keberanian maka di ungkapkanlah oleh saudara kita ini bahwa mereka harus putus, kalau memang jodoh pasti nanti juga di pertemukan oleh Allah dan kalau memang belum jodoh pasti Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Dan pecahlah tangis sang akhwat karena ikhwan yang diharapkan akan menjadi qowam bagi rumah tangganya kelak telah berpaling, dan jelas yang ada kini adalah kekecewaan sang akhwat karena merasa telah di khianati, juga kebencian yang dalam, seperti lagunya Roma Irama atau entah lagunya siapa mungkin antum yang lebih tahu, kau yang mulai, kau yang mengakhiri. Dan cerita baru telah mulai tertulis kembali, bahwa layar dakwah harus tetap terkembang dan tak takut terpaan angin. Dan aku pun yakin dengan sepenuh hati bahwa sang akhwat pasti juga kembali kepada lurusnya jalan dakwah. Karena begitulah fitrah seorang aktivis dakwah. Kalau saudaraku ingin tahu siapa sang ikhwan tadi, kapan-kapan saja aku ceritakan padamu, tapi jangan sekarang.
( di sarikan dari berbagai sumber )
Saudaraku satu hal yang harus kita catat bersama dan kita tanamkan dalam hati kita masing-masing, bahwa dakwah adalah sebuah pekerjaan yang agung, dakwah adalah sarana para rasul untuk menunjukkan umat dari tikungan jalan kesesatan kepada jalan kebenaran, maka sudah sepantasnyalah dakwah tidak boleh terkotori oleh para dainya sendiri, seperti halnya seorang dokter yang tidak mungkin memberikan penyakit kepada pasiennya. Karena sejak awal, tarbiyah (pembinaan) telah mengajarkan kepada kita bahwa cinta kepada yang menciptakan cinta adalah puncak tertinggi dari ekspektasi cinta itu sendiri, yang kedua adalah cinta kepada Rasul Nya, dan berikutnya adalah cinta kepada jihad dijalan Nya ( QS 9 : 24 )
Ikhwah betapa indah hidup yang kita jalani bila modal cinta kepada Sang Pemilik cinta telah kita raih seutuhnya, karena bila seluruh makhlukpun ingin mendatangkan keburukan bagimu, semuanya tidak akan tercapai tanpa IzinNya. Dan bila seluruh makhluk pun berhimpun untuk mendatangkan kebaikan kepadamu, maka hal itu tidak pula akan terjadi tanpa kehendakNya. Betapa mengagumkannya hidup kita, bila kita telah mendapatkan cintaNya.
Kepada seluruh ikhwan aku wasiatkan sebuah nasehat, jadilah ikhwan sejati, ikhwan yang tegas dalam berkata-kata, ikhwan yang amanah dalam setiap tanggung jawab yang di embannya, ikhwan yang kuat menjaga prinsip-prinsip dakwah, ikhwan yang tidak mudah goyah terhadap rayuan, ikhwan yang mampu menjaga diri dan martabatnya.
Dan kepada seluruh akhwat, aku mohon jagalah hijab kalian, kalian adalah ibu dari mujahid-mujahid perindu syurga, tempatkan rasa malu kalian dalam setiap aktivitas, jadilah akhwat yang tegas dalam berbicara, jadilah akhwat sejati dengan berpegang teguh pada tuntunan Quran dan Sunnah, jangan mudah tergoda oleh rayuan semu, dan hanya kepada Allah lah kita kembalikan setiap perbuatan kita
Wallahu A’lam
Dalam separuh waktu pkl 00.16 wib
Monggo Lanjut...