Jumat, 16 September 2011

Menatap di depan dan kedepan

Bagi Anda yang baru saja ikut mudik dengan menaiki motor atau mobil ke kampung halaman, mungkin analogi ini sangat sangat cocok dengan Anda. Bukan berarti Anda yang mudik dengan Kereta Api, Bus bahkan Pesawat analogi ini tidak cocok dengan Anda, tetap saja cocok karena setiap kita pasti pernah mengalaminya.
Jadi begini, setiap kita mengendarai mobil atau motor, kira-kira jalanan sebelah mana yang lebih banyak kita lihat? Jalanan yang ada di depan atau di hadapan kita? Atau kondisi jalanan kedapan yang terpampang 100 atau 200 meter di hadapan kita? Atau secara tidak sadar kita melihat keduanya? Kadangkala kita lihat apa yang ada di depan kita dan pada waktu yang lain kita juga waspada melihat kedapan? Pasti sebagian besar dari kita secara sadar ataupun tidak melakukan aktivitas yang ke tiga ini pada waktu mengendarai sepeda motor atau mobil. Benar kan? Kenapa begitu? Dengan melihat apa yang ada di depan, kita tidak akan pernah menabrak lobang yang ada di tengah jalan, apalagi bagi Anda yang hidup di Bogor, hehe. Dengan melihat apa yang ada di depan, kita juga akan terhindar dari menyenggol pengendara lain. Nah apa pentingnya kita melihat kondisi jalan kedepan yang jaraknya 100 atau 200 meter dihadapan kita? Kita akan belajar waspada, melihat rambu lalulintas, kapan ada pertigaan atau bahkan perempatan, dan kita juga tahu kemana arah belokan jalan menuju tempat yang kita tuju. Dengan menatap kedepan kita tidak akan khawatir tersesat, karena mengetahui kemana arah yang musti kta ambil, mana simpangan yang harus kita pilih.
Sebenarnya begitulah hidup, begitulah kehidupan. Tatkala kita sudah memutuskan arap hidup yang kita tuju, tempat mana yang ingin kita capai, kebahagiaan hidup seperti apa yang ingin kita raih. Kita harus terus menatap kedepan, kita musti terus waspada dengan rambu-rambu yang ada di depan kita, kita musti tahu simpangan mana yang kita ambil agar cepat sampai ke tujuan hidup ini. Tetapi jangan pernah lupakan apa yang ada di hadapan kita, jangan-jangan didepan kita ada lobang bernama kekecewaan, jangan-jangan didepan kita ada kubangan masalah, hati-hati dengan selokan ketidakpasttian. Atau bisa jadi karena kita menyenggol pengendara kehidupan yang lain akhirnya kita terjatuh, bertengkar dan malah tidak jadi melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan hidup kita, karena sibuk ngurusi SIM dan STNK di pihak berwajib, hehehe.
Kehidupan memang penuh dengan ketidakpastian, tapi justru di sanalah kita di ajari bersyukur, kehidupan kadangkala membenturkan kita dengan kekecewaan, tetapi justru kita sedang di ajari tentang kesabaran. Tetapi tatkala kita sudah menetapkan arah tujuan hidup kita, pandang-pandanglah terus kedepan, teruslah menatap ke masa depan, hingga kita akan memiliki optimisme, kita akan memiliki semangat untuk terus berjuang, kita senantiasa memiliki energi untuk terus melangkah. Meskipun kita terjatuh, meskipun kita terperosok dalam kehidupan ini. Karena lebih baik berdarah-darah di masa muda dari pada menangis di masa tua. Monggo Lanjut...