Senin, 16 Januari 2012

Hidup, “Tidak Perlu” Berpengalaman

Mungkin ada dari Anda yang tidak sepakat dengan judul diatas? Tidak apa-apa, itu hak Anda untuk berpendapat atau memiliki persepsi tersendiri dalam melihat hidup, melihat kehidupan. Tetapi saya hendak menyampaikan artian judul diatas dalam persepsi saya.
Begini, seandainya semua pekerjaan, aktivitas dan kehidupan yang akan kita jalani itu semua-muanya musti mensyaratkan kita harus berpengalaman terlebih dahulu di suatu bidang hinggga kita baru boleh melakukan pekerjaan atau aktvitas di bidang tersebut niscaya tidak ada satupun pekerjaan di dunia ini yang akan di laksanakan oleh manusia. Kenapa begitu? Apakah seluruh Pilot pesawat di awalnya mereka sudah punya pengalaman menerbangkan pesawat baru boleh menerbangkan pesawat? Jawabnya Anda tahu sendiri kan? Apakah semua pembicara yang pernah anda dengar itu semua-muanya hebat di awal? Tiba-tiba hebat? Saya yakin Anda juga tahu jawaban dari pertanyaan ini. Dan menurut saya yang paling ekstrim adalah analogi ini? Apakah semua laki-laki atau perempuan harus berpengalaman dulu baru menikah? Anda mau bersuamikan atau beristrikan orang yang sudah sangat berpengalaman menikah menjadi suami atau istri Anda? Hehe.
Ini hanya sebuah analogi saja, bahwa pada titik-titik tertentu dalam hidup, pengalaman itu tidak diperlukan. Yang diperlukan hanya keberanian. Tatkala ada dari Anda yang ditawari sebuah amanah, dan Anda menolak hanya karena Anda merasa tidak berpengalaman berarti Anda sedang menolak untuk belajar. Anda yang mau menulis tetapi tidak jadi menulis gara-gara Anda tidak pernah menulis, itu berarti Anda tidak akan pernah menulis. Anda yang mau membuka sebuah usaha tetapi tidak jadi hanya karena merasa tidak punya pengalaman, berarti Anda tidak akan pernah menjadi pengusaha. Apalagi Anda yang tidak jadi menikah hanya gara-gara Anda belum menikah? Hahaha
Untuk yang terakhir ini tidak usah di bahas lebih panjang ya, karena saya juga merasa tertohok. Hehe. Jelasnya begini, apapun yang ingin Anda lakukan, kerjakan. Apapun yang ingin Anda kerjakan, lakukan. Just do it. Jangan menunggu Anda memiliki prasyarat-prasyarat yang tidak jelas dan malah membuat Anda ragu melangkah. Jadikan semua yang datang kepada Anda sebagai pembelajaran, sebagai penambah pengalaman, bukan sebagai penghalang Anda untuk berhenti melangkah apalagi mundur kebelakang. Tetap semangat
Terimakasih inspirasinya Ustad Aris Ahmad Jaya Monggo Lanjut...

Apapun yang Terjadi Pada Diri Anda Kemarin, Tersenyumlah Karena Anda Masih Memiliki Hari ini.

Mungkin judul di atas kepanjangan ya? Hehe, tetapi saya sangat menyukai kata-kata diatas. Anda tahu kata-kata diatas berasal dari siapa? Hmmmmm. Penasaran? Jadi begini ceritanya. Suatu ketika, saat saya sedang suntuk, entah karena pekerjaan atau memikirkan hal yang lain, dan dalam perjalanan pulang saya bertemu dengan rekan kerja yang lain. Mungkin karena wajah saya yang menunjukkan wajah suntuk dan kuyu, rekan tersebut bertanya “ehh ada apa Pak? Kayaknya suntuk banget neh?” “ahh gapapa Pak, cuma capek saja mungkin” jawab saya. “owh begitu Pak, tapi mohon maaf Bapak kalau saya boleh memberi nasehat, apapun yang terjadi pada diri Bapak kamarin, tersenyumlah karena Allah masih memberi Bapak hari ini”, tertegun juga saya mendengar nasehat ini. Dan Anda benar ingin tahu nasehat ini datangnya dari siapa? Nasehat ini datang dari security kami di kantor. Ya, “hanya” dari seorang security.
Disini saya ingin mengajak Anda belajar 2 hal dari peristiwa ini. Pertama jangan pernah menganggap bahwa tatkala ada orang yang profesinya lebih “rendah” dari pada Anda berarti Anda tidak membutuhkan nasehat dari orang tersebut. Itu sebuah kesalahan. Karena tatkala kita merasa sudah berilmu, sudah merasa mengetahui segala hal dalam hidup, maka disanalah awal dari kebodohan kita. Kita merasa tidak membutuhkan nasehat lagi, merasa sudah dewasa, bijakasana apalagi bila nasehat itu datangnya dari orang yang mungkin memiliki “kasta” sosial yang lebih rendah dari kita, kita merasa mereka tidak layak memberikan nasehat kepada kita. Kita merasa tatkala orang-orang yang secara pendidikan lebih rendah dari pada kita juga tidak layak memberi nasehat kepada kita. Hmmmm, betapa sombongnya kita. Padahal sesungguhnya hikmah itu bisa berasal dari siapapun yang bahkan mungkin dari orang yang tidak kita sangka-sangka. Kebijaksanaan itu bisa berasal dari seorang tukang becak, pedagang dipasar, anak-anak SD, ya bahkan siapapun orang yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita dan pernah berinterkasi dengan kita, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan Allah perlihatkan kepada kita. Allah ingin mengajari kita tentang suatu hal, tentang suatu kebijaksanaan yang bisa jadi berangkatnya dari siapapun yang tidak kita sangka-sangka. Di saat yang lain saya menjadi teringat dengan seorang nenek yang kami anggap sebagai nenek kami sendiri sewaktu saya masih tinggal di Asrama Beastudi Etos Semarang, setiap pagi beliau menjual sarapan kepada kami, bahkan pada waktu Bulan Ramadhan pun beliau tetap menjual makanan untuk sahur kepada kami. Padahal beliau sudah berumur, dan memiliki anak-anak yang saya yakin dapat menanggung beban hidup beliau. Tatkala di pagi hari selepas subuh di Masjid saya sempatkan ngobrol-ngrol dengan Mbah kami ini. Pada waktu itu saya tanyakan kepada beliau kenapa beliau mau repot-repot menyiapkan sarapan bagi kami di Asrama Etos dengan harga yang sangat murah sekali. Apa jawaban beliau waktu itu? Beliau menyampaikan bahwa alasan utama kenapa beliau mau membuatkan sarapan bagi kami adalah karena beliau ingin membantu kami, ya membantu dengan menyiapkan sarapan harga murah tapi cukup bergizi sebelum kami memulai aktivitas di setiap harinya. Coba bayangkan betapa mulianya perbuatan beliau. Terharu saya waktu mendengar penjelasan dari beliau waktu itu. Ingat, nasehat itu bisa berangkat dari siapapun baik secara langusng maupun tidak langsung. Kitalah yang musti lebih peka, apa sebenarnya yang ingin Allah sampaikan kepada kita dengan kejadian ini? Seringlah bertanya kepada diri kita masing-masing
Kedua, saya ingin mengajak Anda untuk bersama belajar tentang rasa syukur dari nasehat rekan kerja saya tadi. Memang salah satu konskuensi kehidupan adalah masalah, kalau kita anggap setiap hal yang menimpa kita adalah masalah. Tetapi tatkala setiap hal yang menimpa kita dalam kehidupan ini kita pandang bahwa tidak pernah terjadi secara kebetulan dan semua adalah rencanaNya maka yang ada adalah pembelajaran dan pembelajaran. Kita musti belajar lebih baik, lebih dewasa dan lebih bijaksana dalam melihat kehidupan ini. Dan jangan pernah khawatir tatkala di masa lalu, di hari kemarin kita ternyata memiliki masa lalu yang tidak baik, memiliki hari yang “buruk”, jangan patah arang, jangan patah semangat, jangan pernah menyerah. Tersenyumlah, bersyukurlah bahwa Dia masih menganugerahkan hari yang luar biasa pada Anda, yakni hari ini. Ya, apapun yang terjadi pada diri Anda kemarin, tersenyumlah karena Anda masih memiliki hari ini. Bukan berarti kita tidak boleh menengok kebelakang, melihat masa lalu, bukan berarti kita tidak boleh memandang hari kemnarin, tidak. Tetapi jadikan semua hal yang kita dapat di masa yang lalu, di hari kemarin sebagai ajang pembelajaran bagi kita, betapapun payahnya hari yang kita lewati kemarin tersenyumlah karena kita masih memiliki hari ini, jadikan hari ini sebagai ladang kerja keras, jadikan hari ini sebagai lahan pembelajaran, jadikan hari ini sebagai tanah kebijaksanaan. Ya karena memang kita hanya memiliki hari ini, kerena kemarin adalah masa lalu, besok adalah misteri dan hari ini adalah anugerah. Tetap semangat, tetap bergerak, semoga menjadi lebih bijaksana. Jadikan semua hal yang menimpa kita sebagai ajang pembelajaran bagi kita.
Terimakasih atas inspirasinya Bang Dendy Koswara. Monggo Lanjut...