Jumat, 12 Juni 2009

Jalan Kehidupan


Gapai Langit, Jejak bumi
Kehidupan sebenarnya adalah seperti jalan, ya jalan raya yang setiap hari Anda lewati. Jalan yang setiap hari Anda pandang, Anda lalui tanpa pernah Anda sadari kadang kala. Jalan itu kadang kala turunan yang tajam sehingga bila Anda naik kendaraan maka Anda harus memperlambat laju kendaraan tersebut dengan mengeremnya. Atau suatu kali Anda akan melalui tipe jalanan tanjakan yang panjang juga tinggi, sehingga performance mesin kendaraan Anda sangat berpengaruh pada keberhasilan perjalanan Anda, jika mesin Anda mudah loyo ya siap-siap untuk memanggil servis panggilan. Pada kesempatan yang lain Anda akan menemukan jalan lurus, panjang, lebar, ibaratnya sambil merem juga Anda akan sampai ke tujuan. Tetapi yang perlu Anda sadari ternyata tidak semua jalan itu berujung tujuan dan tidak semua jalan juga sudah di aspal, karena masih banyak jalan yang selama ini beralas batu dan cadas, jadi Anda harus siap-siap mengganti Ban kendaraan Anda bila suatu kali bocor ditengah jalan.
Dan begitulah jalan, dan begitu juga jalan kehidupan, tinggal Anda yang memilih mana jalan yang paling cepat mengantarkan Anda sampai ke tujuan tanpa pernah menyinggung atau membahayakan pengguna jalan yang lain. Dan Anda juga harus bersiap-siap menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi selama perjalanan Anda, selamat menikmati perjalanan kehidupan Anda!
Monggo Lanjut...

Rabu, 10 Juni 2009

Galaksi Kinanthi


Apakah cinta itu memang benar-benar ada? Karena akhirnya tidak sedikit orang yang hidupnya menderita hanya karena cinta semu, cinta kepada lawan jenis yang hanya di landasi nafsu belaka. Tetapi harus kita artikan apa bentuk kasih sayang orang tua kepada anaknya, bentuk perhatian guru kepada muridnya? Apakah hal-hal tadi tidak boleh kita artikan sebagai bentuk cinta mereka kepada orang yang mereka cintai? Terlalu sempit memang bila akhirnya kita mengartikan cinta adalah sebuah ”rasa” antara laki-laki dan perempuan. Tetapi kita juga tidak bisa mengesampingkan banyaknya kisah cinta yang mendalam yang pernah di alami oleh orang-orang terdahulu dalam memperjuangkan cinta mereka, ada Romeo Juliet, ada Laela Majnun atau kisah-kisah lain yang sejenis yang berujung pada satu kalimat, begitulah cinta deritanya tiada akhir. Tetapi apakah cinta memang harus berujung seperti itu? Padahal banyak juga kisah lain yang mengantarkan perjuangan cinta yang berawal dari sebuah lembah kepekatan dan berakhir pada puncak kebahagiaan.
Galaksi Kinanthi sebenarnya “ hanyalah” sebuah kisah cinta sederhana yang biasa sekali terjadi di sekitar kita, atau bahkan kita sendirilah yang mengalami kisah serupa dengannya, yakni kisah cinta biasa antara seorang laki-laki bernama Ajuj yang berangkat dari golongan Rois atau Kyai kampung, dengan seoarang perempuan yang berasal dari “ wanita baulawean” dan bapaknya juga tukang judi, gadis itu bernama Kinanthi. Kisah cinta yang di tentang oleh dua keluarga terutama keluarga sang laki-laki karena menginginkan anak laki-laki satu-satunya haruslah meneruskan tradisi keluarga menjadi Rois di kampung halaman mereka. Dan tidak menginginkan bergaul dengan anak yang tidak jelas asal usulnya. Kisah berlanjut dengan penjualan Kinanthi oleh orang tuanya seharga 50 kg beras kepada salah seorang yang katanya masih ada hubungan keluarga yang berasal dari Bandung. Sambil bersekolah SMP Kinanthi bekerja sebagai pembantu di ”rumah barunya”, tetapi kisah kepedihan Kinanthi belum berhenti sampai di situ, karena setelah kelas 2 SMP Kinanthi di jual kembali dan di kirim ke PJTKI untuk di pekerjakan di Timur Tengah.
Seperti kisah-kisah pembantu lainnya yang sering kita dengar atau kita tonton di televisi, mendapatkan siksaan dari majikan, berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain dan takdir mengantar Kinanthi berangkat ke Negara Adidaya saat ini, USA. Entah bagaimana ceritanya Kinanthi berhasil menjadi buah bibir di Negeri Paman Sam tersebut, tapi satu hal yang tidak bisa membuat hidupnya menjadi sempurna adalah ingatannya tentang Ajuj, dan hal itulah yang senantiasa membuat kekurangan di balik kesempurnaan hidupnya. Dengan tekad yang kuat akhirnya Kinanthi kembali ke Gunung Kidul kampung halamannya. Dan apa yang terjadi adalah hal yang sangat tidak terduga, ingin tahu? Baca sendiri kisahnya.
Begitu ”sederhana” dan ”biasa” kisah ini. Tapi bagi saya justru di sinilah letak kelebihan Novel ini, karena begitu membumi dan mampu membawa para pembaca ke dunia Gunung Kidul, Timur Tengah bahkan padang Lumpur Great Plains. Tidak begitu dalam sedalam palung tetapi juga tidak dangkal karena banyak sekali hal filosofis yang di ungkap dengan gaya sederhana. Dan yang menarik lagi adalah uraian benda-benda angkasa yang mungkin begitu menarik bagi penulisnya.
Jujur ada satu hal yang membuat saya harus mengoreksi novel ini adalah adanya sinar bulan pada waktu tanggal 1 (satu) syuro. Mungkin bagi orang lain hal ini biasa, tetapi bagi saya ini cukup mengganggu karena penulis tidak jeli, mengungkapkan sesuatu yang ”tidak mungkin” terjadi.
Dan secara keseluruhan buku ini layak untuk menjadi buku most wanted bagi penggemar cerita-cerita fiksi ringan tetapi berisi dan menyentuh.
Monggo Lanjut...