Selasa, 08 November 2011

Kehilangan kecil untuk sesuatu yang besar

Beberapa waktu yang lalu saya cukup di kejutkan dengan adegan menarik di depan saya. Disiang hari yang terik sedang tergelepar sesuatu yang seolah menunjukkan pemberontakan. Menginginkan kebebasan, tidak ingin dalam tekanan. Apa yang saya lihat? Seekor (atau lebih tepatnya ekor saja ga perlu pake se-) Cicak (ekornya) sedang “menari-nari” karena baru saja putus dari anggota badannya yang utuh. Saya sendiri tidak tahu kenapa akhirnya Cicak tersebut pada siang yang panas ini memutuskan ekornya. Tapi dalam sudut pandang yang lebih ideologis maka saya teringat pelajaran biologi entah kapan waktu SMP kelas berapa. Memutuskan ekor adalah salah satu cara mempertahankan hidup yang di lakukan oleh Cicak, seperti mengeluarkan tinta cairan hitam oleh Cumi-cumi bila merasa dalam kondisi bahaya dan diserang musuh. Begitupun siang itu, mungkin sang Cicak merasa dalam kondisi berbahaya dan merasa terancam sehingga Cicak akhirnya mengeluarkan strategi pertahan diri. Mungkin sakit juga kalau harus memutus bagian tubuh yang dimiliki, meskipun nanti akan tumbuh lagi. Tetapi untuk sebuah alasan yang lebih besar yakni mempertahankan hidupnya akhirnya memutus bagian ekor menjadi sebuah pengorbanan yang layak di lakukan oleh Cicak tadi.
Siang itu saya diajari tentang cara hidup oleh seekor Cicak. Bahwa kadangkala kita harus mengorbankan sesuatu yang kita cintai untuk hal yang lebih besar dalam hidup kita. Hari ini bisa jadi Allah “mengambil” apa yang kita milki. Meskipun pada hakikatnya semua yang kita miliki adalah milikNya bukan? Orang tua, keluarga, harta benda, bahkan diri kita sendiri juga adalah milikNya. Kenapa kadangkala Allah mengambil sesuatu yang kita cintai, pasti Dia memiliki alasan yang rasional dan lebih baik. Cuma kita saja yang belum tahu apa hikmah dari semua kehilangan itu. Ini dalam sudut pandang kehilangan sebagai bagian takdir. Allah punya rencana dalam hidup kita yang pasti baik.
Kalau dalam sudut pandang manusianya sendiri bagaimana? Hari ini yang akhirnya kita mengorbankan waktu tidur kita untuk sebuah kerja keras. Hari ini banyak orang yang tetap berderma meskipun mereka dalam keadaan sulit, mereka yang rela menolong meski dalam kondisi kesusahan, mereka yang mau mengorbankan cicta-cita pribadi untuk cita-cita bangsanya. Jelas kita musti memberikan apresiasi pada orang tua kita yang rela begadang sepanjang malam menjaga kita pada waktu kita masih bayi. Kenapa orang –orang itu rela mengorbankan sesuatu yang sebenarnya secara fitrah dicintainya? Tidur nyenyak sepanjang malam, memenuhi kebutuhan sendiri sebelum berderma, menolong dirinya sendiri sebelum menolong orang lain? Pasti ada alasan yang lebih besar mengapa mereka semua rela melakukan hal-hal tersebut. Karena memang kadangkala kita perlu mengorbankan sesuatu yang kita cintai untuk hal-hal besar yang kita harapkan di masa depan. Jadi bukan kehilangannya yang kudu kita perhatikan, tapi untuk apa kita mengorbankan sesuatu yang kita cintai? Untuk hal kecil yang remeh atau untuk masa depan yang lebih baik dan lebih membahagiakan. Monggo Lanjut...