Kamis, 12 Februari 2009

Jagalah Diri Kalian, Wahai Saudariku

Suatu hari di musim penghujan di pertengahan Bulan Pebruari tahun ini, pagi itu saya mengantarkan sahabat terbaik yang saya miliki saat ini ke Rumah Sakit Kariyadi Kota semarang.
Beliau sudah batuk selama lebih dari tiga minggu, akhirnya atas rekomendasi seorang kawan, sahabat saya ini saya antar ke RS Kariyadi untuk periksa. Kami datang ke Paviliun Garuda untuk pemeriksaan spesialis penyakit dalam. Setelah mendaftar, sambil menunggu giliran panggilan, kami beranjak ke ruang tunggu bersama pasien-pasien yang lain sambil menonton televisi yang entah tidak jelas sedang menayangkan apa. Tetapi ada satu pemandangan yang menarik, karena memang saya punya hobi melihat-lihat sekitar, yah semacam life observer begitulah. Pemandangan itu yakni seorang wanitu muda yang entah aku tidak tahu apakah dia termasuk orang yang ingin periksa atau sekadar mengantar saja. Wanita muda ini dengan asyiknya di tengah hiruk pikuk rumah sakit dia mengeluarkan alat riasnya dan mulailah adegan pemolesan wajah, penataan rambut dan dengan tangan yang tak lepas dari cermin. Jangan tanya perasaan saya waktu itu ya.
Tulisan ini tak hendak men –judge bahwa wanita itu tidak terhormat, wanita itu kurang sopan, dan lain sebagainya. Namun ada dua hal yang ingin saya bagi dengan Anda semuanya. Yang pertama, sebagai manusia kita masih sering kali tertipu dengan tampilan luar, sehingga seluruh energi, sumber daya yang kita miliki seolah-olah kita gunakan untuk membuat agar kita tampil luar biasa yang kadang kala di luar dari kenalaran kita, atau di luar dari watak keaslian kita. Memang kadang kala dalam tuntutan pekerjaan kita di wajibkan untuk berpakaian yang rapi, sopan dan tampak elegan, tetapi apakah kita harus senantiasa melakukan make over terhadap riasan wajah kita setiap saat dan setiap tempat, bahkan di rumah sakit? Saya secara pribadi kok kurang sependapat, karena setiap orang yang akan bergaul dengan kita, pastinya tidak akan selalu melihat penampilan kita yang wah, namun lebih kepada sikap dan karakter kita. Apakah kita pribadi yang sopan, murah senyum dan bertanggung jawab. Beda kasus memang bila kita akan bertemu dengan klien untuk yang pertama kali, ya wajar kita ingin memberikan kesan yang mendalam dan berpenampilan yang menarik, tetapi tetap wajar dan tidak berlebiahan itu tetap lebih baik. Seberapapun ketelitian kita dalam memperhatikan penampilan luar kita, kita ini manusia pasti adakalanya kita akan lupa dengan segala perawatan yang wah itu, dan pasti bisa jadi orang malah akan kecewa bila melihat kita apa adanya. Yang lebih baik adalah berpenampilanlah yang sederhana, tetapi kita punya sikap, kita punya attitude yang luar biasa, sehingga orang akan terpesona dengan inner beauty yang kita miliki.
Yang kedua, jujur saya termasuk laki-laki yang lebih cenderung suka kepada wanita yang berpenampilan lebih terrtutup. Bagi saya pribadi ( silahkan yang punya pendapat lain) wanita dengan pakaian tertutup itu lebih sopan, lebih berwibawa dan kayaknya lebih menentramkan kalau di pandang. Itu bagi saya. Mohon maaf bagi anda yang suka pamer paha, pamer ketiak dengan pakaian minim anda, ko kayaknya anda begitu relanya bagian tubuh anda di nikmati oleh semua orang yang lalu lalang di jalan, di pasar, di mall dan di tempat-tempat lain. Padahal dalam persepsi saya harusnya bagian-bagian tubuh tersebut hanya menjadi hak suami anda bagi yang sudah menikah, bagi yang belum menikah maka siapkanlah yang terbaik bagi calon suami anda. Bagi yang muslimah ya alangkah lebih baiknya anda memakai kerudung, jilbab itu lebih baik, selain menutup aurat, setahu saya berkerudung itu juga menjadi bagian dari perintah agama, dan kalau memang anda belum mampu berkerudung ya mulailah cicil dengan baju lengan panjang, rok, dan mulai membeli jilbab satu persatu. Dan setelah semuanya terkumpul besiaplah untuk berubah menjadi wanita idaman. Dan bagi yang non muslim, saya ingin menyampaikan kita ini bangsa timur, dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budaya lokal bangsanya. Bangsa kita adalah bangsa yang ramah, penuh kesopanan, kaya dengan kearifan dan kebijaksanaan. Mari kita lestarikan budaya malu, malu bila kita tidak berpakaian tidak sopan, malu bersikap kasar, malu terlalu membanggakan penampilan luar, dan sebagaianya. Kenapa saya menyampaikan ini semua? Karena saya sayang kepada kalian semua saudariku, saya tidak ingin tubuh kalian di nikmati laki-laki hidung belang yang tidak tahu malu. Yang menuntut hidup penuh dengan nafsu, dan akhirnya merusak keindahan kalian. Yah semoga ada hikmah dari setiap jengkal perjalanan hidup kita.
Semarang, Kamis 12 Pebruari 2009 Pukul 00.16 wib

Monggo Lanjut...