Rabu, 27 Mei 2009

Tapak Baru


suatu hari,di sebuah hutan lebat di kawasan tropis, hiduplah seekor Burung Puyuh yang senantiasa merenung, berpikir, tetapi lebih tepatnya melamun. pada hari ini dia melamun karena melihat Burung Elang yang terbang mengangkasa membumbung tinggi di atas bumi. dan sedetik kemudian si Puyuh berpikir, kenapa aku tidak di ciptakan seperti Elang yang mampu terbang tinggi,mampu melihat dunia lebih luas? dan di hari yang lain ketika si Burung Puyuh ini melihat kawanan Bebek yang berenang, menyelam asyik di danau yang ada di hutan tersebut, si Puyuh ini mengeluh kenapa aku tidak di ciptakan seperti bebek yang punya sirip pada kakinya, sehingga aku bisa menyelam, berenang sambil mencari makan? dan begitulah pekerjaan atau lebih tepatnya buang waktu yang di lakukan oleh si Puyuh tersebut.
Hingga suatu hari di musim kemarau yang panjang, terjadilah kejadian luar biasa di hutan tersebut, yakni kebakaran hutan yang hebat melkanda hampir seluruh kawasan hutan. seluruh penghuni hutan lari tunggang langgang menyelamatkan diri dari kobaran api yang luar biasa dahsyat dan panas. Burung Elang yang semestinya mampu mengangkasa tetapi tetap saja bernasib kurang beruntung karena asap dan api dari kebakaran tadi juga membumbung sangat tinggi. Bebek yang senantiasa berenang di danau musti menelan kenyataan pahit menjadi binatang pertama yang tertelan kegalakan si jago merah. Dan di tengah-tengah situasi berkecamuk itulah ada se ekor binatang yang berlari sangat cepat, binatang ini tidak terbang tapi kakinya hampir-hampir tidak menyentuh bumi dan mampu menerobos kawasan hutan dan berhasil selamat dari kejaran api, siapa binatang ini sebenarnya? ya Anda benar dialah sang Burung Puyuh, dan sejak saat itulah Burung Puyuh baru tersadar bahwa dalam dirinya tersimpan kekuatan dan potensi luar biasa, karena memang selama ini dia hanya bertumpu dan melihat kekurangan dalam dirinya dan tidak mau melihat sisi positif yang ada dalam dirinya.
Bisa jadi Burung Puyuh tadi adalah orang-orang di sekitar kita, orang-orang yang kita cintai, atau jangan-jangan burung Puyuh tadi adalah diri kita sendiri? Orang yang senantiasa melihat kelebihan orang lain dan mengatakan bahwa hidup ini tidak adil karena orang lain mempunyai banyak kelebihan dan diri kita mempunyai banyak sekali kekurangan? dan akhirnya orang-orang seperti ini membutuhkan "kebakaran hutan" untuk melihat kekuatan sejati yang melekat dalam dirinya.
Monggo Lanjut...

Jumat, 22 Mei 2009

survival

Suatu hari saya yang di amanahi sebagai pendamping asrama Beastudi Etos Semarang, sebuah beastudi untuk anak-anak berprestasi tapi berangkat dari keluarga yang kurang mampu, melakukan home visit, yakni salah satu tahapan seleksi beastudi etos dengan kunjungan ke rumah calon etoser secara langsung, bertatap muka dengan orang tua mereka, melihat keadaan rumah secara langsung juga. ada sebuah cerita menarik di sini yang ingin saya bagi. nah pada kesempatan home visit di suatu daerah di Pati, say menemui satu keluarga yang bapak dari calon etoser ini sudah pergi antah barantah, tidak jelas dan tidak mau lagi mengurusi keluarga sang calon etoser ini, memang cukup menyedihkan, bahkan yang lebih menyayat hati adalah, ibu dari sang calon etoser ini akhirnya " mohon maaf" menjadi hilang ingatan atau kurang waras, dan akhirnya meninggal dunia. sang calon etoser akhirnya di pelihara oleh neneknya dan di baiayai sekolah menengahnya oleh pamannya. dan beruntungnya adalah sang calon etoser ini adalah anak tunggal.
Di lain tempat dalam kunjungan ke rumah calon etoser yang lain, saya menemui sebuah keluarga lain yang hampir memiliki potret yang sama, sang ayah juga pergi entah kemana tidak bertanggung jawab ( kadang laki-laki itu memang kejam) padahal sang ayah ini sudah mempunyai 4 anak dari perkawinan tersebut, tetapi saya sangat salut dengan ibunda dari sang calon etoser ini. Beliau tidak mengikuti jejak sebagai mana ibu yang pertama tadi. beliau buang rasa malunya, dan setiap pagi sebelum subuh beliau pergi ke pasar untuk menjajakan kedelai hasil produksinya setiap hari dan ilang menjelang siang, begitu setiap hari untuk membiayai ke empat anaknya untuk tetap melanjutkan sekolah, luar biasa!
Para pembaca yang budiman, semua dari kita, saya yakin pernah menghadapi masalah yang cukup pelik dan rumit. dan setiap kita akhirnya punya dua pilihan yang jelas, menyerah atau maju menggerus, menerjang setiap tantangan kehidupan. karena hidup itu adalah milik kita sendiri, kalau bukan kita yang memperjuangkan, siapa lagi? kalau bukan sekarang kapan lagi?
tetap semangat!!
Monggo Lanjut...